OpenAI segera luncurkan browser berbasis AI
OpenAI dikabarkan akan segera luncurkan broser berbasis AI, ingin saingi Google dan kawan-kawan.
Di tengah persaingan teknologi platform AI yang semakin panas, OpenAI sekali lagi mengejutkan penggemar teknologi dengan sebuah produk baru yang akan dirilis. Kabarnya, pengembangan browser web berbasis AI mereka sudah rampung.
Dilansir dari laman Engadget (11/7), langkah ini disebut menjadi bagian dari strategi besar OpenAI untuk menanamkan layanan AI mereka lebih dalam ke dalam kehidupan kerja dan pribadi pengguna, sejalan dengan ekspansi ke perangkat keras dan integrasi layanan ChatGPT.
Browser ini akan mengusung fitur chatbot ala ChatGPT yang terintegrasi langsung di dalam aplikasi. Selain itu, OpenAI menyiapkan fitur agentic AI seperti Operator, sebuah alat yang mampu melakukan aksi otomatis untuk pengguna — mulai dari memesan restoran hingga mengisi formulir secara mandiri. Dengan akses langsung ke data penjelajahan web, browser ini diharapkan dapat menjalankan tugas-tugas tersebut secara lebih efisien dan personal.
Berbeda dari browser konvensional, browser OpenAI didesain untuk menjaga banyak interaksi tetap berada di dalam antarmuka chatbot, bukan mengarahkan pengguna ke situs web. Model ini mirip dengan fitur AI Overviews milik Google, yang berpotensi mengurangi klik ke sumber asli dan bisa berdampak pada trafik situs web yang selama ini menjadi sumber data bagi ChatGPT dan AI lainnya.
OpenAI tidak sendirian dalam menghadirkan browser berbasis AI. Perplexity baru saja meluncurkan browser Comet dengan fitur agentic AI, meski masih terbatas untuk pelanggan premium. Opera juga telah merilis browser “fully agentic” pada Mei lalu. Namun, OpenAI punya keunggulan basis pengguna ChatGPT yang mencapai lebih dari 500 juta pengguna aktif mingguan, menjadi modal besar untuk memasarkan browser barunya.
Browser OpenAI dibangun di atas Chromium, kode sumber terbuka yang juga digunakan oleh Chrome, Edge, Opera, dan Comet. Pengembangan browser ini melibatkan beberapa mantan eksekutif Google yang sebelumnya berperan penting dalam penciptaan Chrome, memperkuat posisi OpenAI dalam menggarap pasar browser global.
Strategi OpenAI untuk mengumpulkan data pengguna melalui browser ini meniru keberhasilan Google dengan Chrome, yang selama ini menjadi sumber utama data untuk penargetan iklan. Namun, langkah ini juga menimbulkan kekhawatiran terkait privasi dan dampak pada ekosistem web, terutama bagi pemilik situs yang mengandalkan trafik dari browser dan mesin pencari.
Di sisi lain, Google tengah menghadapi tekanan hukum besar di AS. Departemen Kehakiman telah meminta Google untuk melepas kepemilikan Chrome setelah dinyatakan sebagai “monopolis” di sektor pencarian online. OpenAI bahkan secara terbuka menyatakan minatnya untuk mengakuisisi Chrome jika Google dipaksa menjualnya, sebuah langkah yang bisa mengubah peta persaingan browser dunia secara drastis.
Meskipun memiliki basis pengguna ChatGPT yang besar, OpenAI tetap menghadapi tantangan berat untuk menyaingi dominasi Chrome yang kini digunakan oleh lebih dari 3 miliar orang di seluruh dunia. Keberhasilan browser AI OpenAI akan sangat ditentukan oleh adopsi pengguna dan kemampuannya menawarkan pengalaman browsing yang benar-benar berbeda dan lebih efisien.
Nah, peluncuran browser berbasis AI milik OpenAI ini dikabarkan akan segera meluncur dalam waktu dekat ini. Dan masih belum dapat dikonfirmasi apakah browser ini dapat digunakan semua pengguna atau para pelanggan dengan langganan tertinggi seperti Perplexity yang dapat mengaksesnya.









