sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id telkomsel
  • partner tek.id poco
Rabu, 12 Mei 2021 11:30 WIB

OLED vs. QLED, apa bedanya?

Belakangan televisi yang dijual di pasaran beraneka ragam dengan menggaet nama OLED dan QLED, berikut penjelasan tentang kedua teknologi tersebut.

OLED vs. QLED, apa bedanya?
Source: Future

Televisi dengan resolusi 4K dan 8K kini sudah sering kita jumpai. Tetapi, beberapa akronim baru dalam pemasaran TV membuat sebagian orang awam teknologi bingung, mana TV yang lebih bagus. 

Salah satu kebingungan yang sedang berlangsung adalah perbandingan antara dua teknologi yang saat ini sedang bersaing di pasar TV premium, yaitu OLED dan QLED. Jadi, apa sebenarnya arti dari dua akronim tersebut? Dan mana yang memberikan gambar terbaik? Berikut Tek.id paparkan perbedaannya.

OLED: Kelebihan dan kekurangan

OLED (Organic Light-Emitting Diode) merupakan jenis teknologi layar yang terdiri dari film berbasis karbon. Dua konduktor yang bertugas mengalirkan arus dapat memancarkan cahaya berdasarkan piksel demi piksel. Sehingga, piksel putih atau berwarna cerah, dapat muncul di samping piksel yang dengan warna kontras, seperti hitam atau yang benar-benar berbeda, tanpa memengaruhi yang lain.

Ini sangat berbeda dengan cara kerja TV LCD tradisional yang mengandalkan cahaya latar terpisah untuk menghasilkan cahaya, kemudian melewati lapisan piksel.

Kelebihan lainnya adalah panel OLED lebih ringan dari tipis daripada pengaturan LCD/LED biasa. Sudut pandangnya cenderung jauh lebih lebar, dan waktu respons bisa sangat cepat.

Namun karena hal tersebut, layar OLED relatif mahal untuk diproduksi. Hingga saat ini, tidak ada TV OLED yang lebih kecil dari 55 inci. Satu-satunya yang hadir lebih kecil dengan 48 inci adalah LG OLED48CX. Tapi, produksinya hanya dalam jumlah rendah dan kabarnya tidak jauh lebih terjangkau daripada ukuran 55 inci. Artinya, semakin kecil layar OLED, bisa jadi semakin mahal biaya produksinya.

OLED juga kesulitan mencapai tingkat kecerahan puncak yang sama dan rentan terhadap retensi gambar. Bahkan, potensi burn-in dengan cara yang mirip dengan TV plasma lama bisa saja terjadi. Namun, kasus ini jarang terjadi, dan pabrikan juga menyematkan fitur untuk mengurangi risiko tersebut.

QLED: Kelebihan dan kekurangan

Salah satu produsen TV besar yang tidak memproduksi OLED, tapi justru mempromosikan teknologi pesaing yang disebut QLED adalah Samsung. Perusahaan tersebut menjual TV berlayar QLED yang merupakan singkatan dari Quantum-dot Light-Emitting Diode.

Secara teori, layar ini memiliki banyak kesamaan dengan OLED, terutama karena setiap piksel dapat memancarkan cahayanya sendiri. Namun di QLED, hal tersebut dapat terjadi berkat titik titik kuantum - partikel semikonduktor kecil yang hanya berukuran beberapa nanometer. Titik-titik kuantum ini mampu menghasilkan warna yang sangat cerah, hidup, dan beragam, bahkan lebih dari OLED.

Namun dalam praktiknya, TV QLED yang beredar saat ini sebenarnya tidak memancarkan cahayanya sendiri. Sebaliknya, mereka hanya memiliki cahaya dari lampu latar yang melewatinya, dengan cara yang sama seperti pada TV LCD/LED standar. Dengan demikian, kemampuan OLED untuk menerangi setiap piksel memberikannya keuntungan yang tak terbantahkan dibanding QLED. Meski demikian, tingkat kecerahan QLED masih sangat mengesankan. 

Tahun ini, Samsung berupaya meningkatkan kontras pada model QLED-nya, dengan beralih dari lampu latar LED standar ke lampu latar Mini LED, yang mereka sebut Neo-QLED. Seperti namanya, lampu latar ini menggunakan LED yang jauh lebih kecil, seperti butiran pasir yang berkilauan, yang dapat dikemas dalam jumlah lebih banyak. Dengan meningkatkan jumlah LED, maka jumlah zona peredupan independen juga dapat ditingkatkan, sehingga menghasilkan kontras yang jauh lebih besar.

Share
×
tekid
back to top