sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id poco
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id telkomsel
Selasa, 19 Jan 2021 07:40 WIB

Diblokir AS, masih amankah beli smartphone Xiaomi?

Departemen Pertahanan AS memasukkan Xiaomi ke dalam daftar hitam karena dianggap berafiliasi dengan militer China. Apakah masih aman membeli produk Xiaomi?

Diblokir AS, masih amankah beli smartphone Xiaomi?

Presiden Amerika Serikat Donald Trump baru saja meneken perintah untuk memasukkan Xiaomi ke daftar hitam. Xiaomi merupakan satu dari sembilan perusahaan yang resmi masuk ke daftar hitam militer tersebut.

Selain Xiaomi, yang menjadi korban keputusan eksekutif AS ini antara lain adalah Advance Micro-Fabrication, Luokong Technology Corporation, Beijing Zhongguancun Development, GOWIN Semiconductor Corp, Grand China Air Co. Ltd., Global Tone Communication Technology Co. Ltd., China National Aviation Holding Co. Ltd., dan Commercial Aircraft Corporation of China Ltd.

Meski masuk dalam daftar hitam sebagaimana Huawei, pemblokiran yang diberlakukan bagi Xiaomi terbilang berbeda. Xiaomi masuk ke dalam daftar hitam militer, sedangkan Huawei masuk ke dalam daftar hitam entitas Departemen Perdagangan AS.

Ada perbedaan besar diantara kedua daftar hitam tersebut. Perusahaan yang masuk dalam daftar hitam entitas Departemen Perdagangan AS, berarti perusahaan tersebut tidak lagi dapat menjalin bisnis dengan perusahaan AS.

Huawei masuk dalam kategori tersebut karena perusahaan tak hanya memproduksi smartphone saja, melainkan juga peralatan jaringan telekomunikasi, bahkan untuk 5G. Dan Trump menganggap hal ini sebagai ancaman keamanan karena khawatir perangkat jaringan Huawei dapat digunakan sebagai alat spionase oleh pemerintah Tiongkok.

Imbas terbesar yang Huawei terima adalah diblokirnya semua jenis transaksi antara perusahaan AS dengan Huawei. Ini menjadikan Huawei tak dapat menggunakan teknologi dari perusahaan AS, seperti menggunakan SoC milik Qualcomm.

Bukan hanya perangkat keras, namun kebijakan ini juga berlaku untuk perusahaan perangkat lunak. Akibatnya, pengguna smartphone Huawei (yang diproduksi setelah masuknya Huawei ke daftar hitam perdagangan) tidak dapat menggunakan layanan Google Mobile Service (GMS) seutuhnya.

Di sisi lain, Techcrunch (15/1) melaporkan, untuk mereka yang masuk ke daftar hitam militer, sanksi yang dijatuhkan adalah dilarangnya setiap perusahaan atau warga negara AS untuk berinvestasi di perusahaan tersebut.

Hal ini membuat Qualcomm cukup pusing karena merupakan investor awal saat Xiaomi didirikan 10 tahun lalu. Inilah kemungkinan mengapa Xiaomi selalu mendapatkan teknologi terbaru dari Qualcomm.

Imbas yang akan sangat terasa bagi Xiaomi adalah menurunnya nilai saham perusahaan karena para investor dari AS tak lagi boleh berinvestasi di Xiaomi. Bahkan, pada saat pengumuman masuknya Xiaomi ke daftar hitam militer AS, nilah saham perusahaan turun sekitar 11 %.

Untungnya, Xiaomi masih bisa mendapatkan akses ke perusahaan teknologi AS. Ini berarti, para penggemar Xiaomi masih dapat bernafas lega karena mereka masih akan melihat smartphone Xiaomi di masa depan dengan prosesor Qualcomm dan mendapatkan pembaruan Android serta akses ke GMS.

Meski demikian, mengingat Xiaomi berpotensi mendapat hambatan suntikan dana akibat kebijakan AS, kemungkinan besar Xiaomi harus memutar otak untuk tetap dapat menjalankan usaha. Bisa jadi, Xiaomi akan melakukan penyesuaian harga perangkat, atau mungkin akan tampil dengan solusi yang menarik untuk menghadapi hal tersebut.

Pihak Xiaomi sendiri sudah memberikan keterangan terkait dengan kebijakan AS tersebut. Xiaomi mengatakan, mereka tidak dimiliki atau dikontrol oleh militer Tiongkok, dan akan mengambil tindakan yang tepat untuk melindungi kepentingannya.

Sudah diprediksi sebelumnya

Dalam sebuah wawancara yang dilakukan pada awal 2020, Xiaomi melalui manajer produk global Abi Go mengatakan bahwa telah mengevaluasi situasi pemblokiran Huawei yang dilakukan pemerintahan Trump.

“Kami sedang mengevaluasi situasinya. Namun saat ini belum ada 'efek penularan'. Faktanya, kami bekerja 'berdampingan' dan intensif dengan perusahaan AS, seperti Qualcomm, dalam chipset kami, atau Google, dalam produk ekosistem IoT (Internet of Things) kami,” kata manajer produk global Xiaomi kepada Gizchina awal 2020.

“Bagaimanapun, jika di masa depan terjadi sesuatu, kami memiliki rencana B. Di antaranya kami banyak berinvestasi di beberapa produsen semikonduktor di Tiongkok. Namun kami percaya bahwa strategi bisnis kami tidak boleh dikondisikan oleh keputusan yang dibuat politisi. Sejauh ini, kami telah memilih untuk mengintegrasikan komponen terbaik ke dalam produk kami. Selain itu, kami akan terus melakukannya di masa mendatang.”

“Kami yakin bahwa yang paling penting adalah kami selalu melakukan yang terbaik tanpa mempedulikan apa yang dilakukan pesaing kami. Kami percaya bahwa memiliki persaingan itu positif karena memaksa kami untuk mencoba yang terbaik. Strategi kami adalah melakukan apa yang menurut kami harus kami lakukan, dan selalu melakukan yang terbaik,” kata juru bicara Xiaomi.

Share
×
tekid
back to top