sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id telkomsel
  • partner tek.id poco
  • partner tek.id samsung
Selasa, 02 Jul 2019 14:18 WIB

iPhone dominasi pengguna muda di Amerika

Hampir setengah remaja generasi Z di Amerika mengatakan bahwa mereka memiliki iPhone agar tetap terhubung dengan teman-teman mereka.

iPhone dominasi pengguna muda di Amerika
Remaja dan Gadget (Pexels)

Sebuah riset terbaru yang dilakukan oleh perusahaan Piper Jaffray, memiliki sebuah hasil yang mengejutkan. Dalam survei yang bertajuk Taking Stock of Teens, mengatakan bahwa iPhone telah mendominasi muda-mudi di Amerika.

Mereka mengatakan, dari survei yang mereka lakukan terhadap generasi Z (13-21 tahun), menghasilkan data dimana 83 persen dari mereka menggunakan perangkat iPhone.

"Sungguh diluar dugaan, betapa kuatnya (iPhone) saat ini," kata Mike Olson, analis senior di Piper Jaffray.

Penasaran, Business Insider juga melakukan penelitian yang sama. Mereka juga melakukan survei terhadap 1.884 pemuda di Amerika, yang memiliki rentang usia yang sama. Secara mengejutkan, hasil yang didapatkan pun sama.

46 persen responden mengatakan mereka menggunakan ponsel atau tablet iOS. 36 persen mengaku menggunakan smartphone atau tablet Android. Sedangkan untuk sisa 11 persen lain, mengaku menggunakan komputer atau laptop berbasis Windows.

Salah satu responden bernama Liane Lopez mengatakan bahwa anak muda saat ini jika ingin disukai orang lain, harus memiliki iPhone.

"Kalau Anda tidak memiliki iPhone, Anda tidak akan disukai," katanya.

Parahnya, ternyata saat ini para remaja mengucilkan remaja lain yang tidak menggunakan iPhone. “Sekitar 90 persen orang yang saya kenal memiliki iPhone. Jika Anda tidak memiliki iPhone, Anda tidak akan ditambahkan ke obrolan grup,” kata seorang mahasiswa bernama Nicole Jimenez.

"Memang tampak sangat kejam, tetapi sulit untuk berbagi pesan dengan orang lain jika mereka tidak memiliki iPhone."

Beberapa ahli mengkritis kemunculan smartphone, terutama iPhone, karena memicu budaya multitasking yang luas. "Kemampuan untuk berpartisipasi dalam sebagian besar kegiatan,,, telah memiliki dampak besar pada multitasking, dan oleh karena itu konsumsi lebih banyak media atau konten," kata Olson.

Para remaja yang diwawancara oleh Business Insider mengatakan mereka menyadari bahwa multitasking tidak efisien. "Itu tidak benar-benar berhasil dengan baik," kata Jimenez. Meski begitu, dia tetap melakukannya.

Para ahli mengatakan bahwa mencoba untuk memproses dua atau lebih hal sekaligus mungkin tidak benar-benar dapat dilakukan. "Kami tahu dari psikologi kognitif, bahwa otak manusia sebenarnya tidak dapat memusatkan perhatian pada lebih dari satu hal dalam satu waktu," kata Jean Twenge, seorang profesor psikologi di San Diego State University.

Kendati begitu, remaja dipaksa untuk melakukan banyak tugas karena rentetan notifikasi yang terus-menerus dan takut kehilangan informasi mengenai teman-teman mereka secara online.

Share
×
tekid
back to top