Intel, Qualcomm, Micron minta keringanan ke Donald Trump
Tiga perusahaan semikonduktor asal AS meminta keringanan ke Presiden Donald Trump untuk mengecualikan bahan baku chipset dari tarif baru.

Tiga raksasa semikonduktor Amerika Serikat, Intel, Micron, dan Qualcomm mendesak pemerintahan Donald Trump untuk meninjau ulang rencana pengenaan tarif baru terhadap industri semikonduktor. Hal ini wajar mengingat mereka harus memiliki izin khusus hanya untuk menjual chipset mereka ke luar negeri.
Dalam pernyataan resmi kepada Departemen Perdagangan AS, mereka menyuarakan kekhawatiran bahwa tarif tersebut dapat menaikkan biaya produksi, mengganggu rantai pasok global, serta melemahkan posisi kepemimpinan teknologi AS di pasar internasional.
Salah satu yang paling vokal dalam menentang pengenaan tarif ini adalah Intel, dimana mereka menyoroti pentingnya memberikan pengecualian tarif untuk wafer yang diproduksi di dalam negeri atau menggunakan teknologi berbasis AS, seperti lapor Wccftech (27/5).
Perusahaan tersebut juga meminta agar bahan baku dan peralatan manufaktur chip tidak dikenakan tarif, karena dapat menyebabkan lonjakan harga semikonduktor dan menghambat pertumbuhan sektor teknologi dalam negeri. Selain itu, Intel mengusulkan agar kebijakan tarif mempertimbangkan lokasi proses manufaktur bernilai tinggi seperti wafer fabrication dalam menentukan asal produk.
Qualcomm di sisi lain memperingatkan bahwa tindakan tarif yang terburu-buru bisa berdampak negatif terhadap posisi AS dalam pengembangan teknologi 5G, 6G, dan AI. Perusahaan menyebut bahwa ketergantungan pada ekosistem rantai pasok global yang kompleks dan saling terhubung menjadikan industri semikonduktor sangat rentan terhadap gangguan kecil.
Tak ketinggalan, mereka juga menyoroti bahwa sebagian besar chip berbasis proses manufaktur lama saat ini masih diproduksi di Tiongkok, dan pembalasan dari negara-negara asing bisa mendorong upaya mengeliminasi komponen asal AS dari produk mereka.
Micron menambahkan bahwa tarif impor terhadap produk jadi seperti semiconductor, NAND, dan DRAM akan berdampak langsung pada pendapatan perusahaan. Padahal, semua riset dan pengembangan dilakukan di Amerika Serikat, sehingga perusahaan khawatir jika produk mereka nantinya diperlakukan sama seperti produk dari produsen asing.
Pandangan ketiga perusahaan ini sejalan dengan pernyataan TSMC, yang sebelumnya juga meminta agar pemerintah AS mempertimbangkan dampak tarif terhadap investor dan perusahaan yang sudah berkomitmen untuk memperluas produksi chip di AS, termasuk pembangunan pabrik baru di Arizona.
TSMC menyebut bahwa tarif terhadap chip teknologi lama bisa berdampak domino terhadap permintaan produk, yang pada akhirnya bisa menghambat rencana ekspansi manufaktur di AS.
Ketiga perusahaan juga memperingatkan agar tidak terjadi tumpang tindih tarif (tariff stacking). Mereka meminta agar tarif baru yang diberlakukan mengganti tarif lama, bukan ditambahkan, untuk menghindari tekanan biaya produksi yang berlebihan.
Secara keseluruhan, permintaan dari Intel, Qualcomm, dan Micron menekankan pentingnya strategi perdagangan yang cermat dan berbasis jangka panjang agar AS tetap menjadi pusat inovasi dan manufaktur teknologi tinggi global, terutama di tengah ketatnya persaingan dengan Tiongkok dan negara lain dalam pengembangan semikonduktor dan AI.