Imbas larangan AS, Huawei ganti 13.000 suku cadang produknya
Huawei dilaporkan telah mengganti 13.000 suku cadang dalam produknya sejak larangan rantai pasokan Amerika Serikat.
Seluruh keadaan Huawei berubah pada tahun 2019, ketika ditempatkan di daftar entitas Departemen Perdagangan Amerika Serikat, sehingga membahayakan tujuannya untuk menjadi produsen ponsel pintar terbesar di dunia. Langkah itu mencegah Huawei mengakses pasokan dari rantai pasokan AS, termasuk Android maupun Google Mobile Services. Perusahaan tersebut bahkan harus mengembangkan sistem operasi HarmonyOS sendiri, yang kini telah mencapai versi 3.1.
Setahun kemudian, Departemen Perdagangan AS menambahkan aturan ekspor baru yang mencegah pabrik foundry mengirimkan silikon mutakhir ke Huawei. Meskipun Huawei diizinkan menggunakan prosesor Qualcomm Snapdragon , chipset ini dimodifikasi agar tidak kompatibel dengan jaringan 5G. Ponsel midrange Enjoy 60 mendatang akan ditenagai oleh chip Kirin 710A yang berusia tiga tahun.
Dilansir dari Gizmochina (20/3), pendiri Huawei Ren Zhengfei mengungkapkan bahwa perusahaan harus mengganti 13.000 suku cadang dalam produknya karena sanksi perdagangan AS. Ini berujung pada pembelian pengganti domestik dan desain ulang 4.000 papan sirkuit. Meskipun Reuters tidak dapat memverifikasi pernyataan Ren, produksi papan sirkuit perusahaan telah stabil.
Terlepas dari tantangan ini, Huawei tetap berkomitmen untuk penelitian dan pengembangan, menghabiskan USD23,8 miliar (Rp365,8 triliun) tahun lalu. Perusahaan asal Tiongkok ini berencana untuk terus meningkatkan pengeluaran R&D seiring dengan peningkatan profitabilitas. Pada tanggal 23 Maret, Huawei diperkirakan akan mengungkap seri flagship terbarunya, Huawei P60, Mate X3 yang dapat dilipat, dan Enjoy 60 kelas menengah.
