Huawei hadapi kerugian terbesar karena sanksi AS

Selama panggilan pendapatan terbarunya, Huawei telah mengungkapkan bahwa mereka mengalami penurunan laba terbesar yang pernah dialaminya. Perusahaan asal Tiongkok itu mengalami penurunan laba tahunan terbesar karena dampak sanksi yang dijatuhkan oleh pemerintah Amerika Serikat.

Raksasa elektronik konsumen dan telekomunikasi tersebut mengatakan bahwa mereka memperoleh laba bersih sebesar 35,6 miliar Yuan (Rp77,4 triliun) untuk tahun 2022. Ini menandai penurunan 69 persen YoY.

Dilansir dari Gizmochina (5/4), penurunan laba itu adalah yang terbesar sejak penurunan tahunan 54% yang terjadi pada tahun 2011. Salah satu alasan penurunan besar-besaran ini adalah karena kenaikan laba yang besar setelah penjualan anak perusahaannya, Honor, pada tahun 2021.

Hal tersebut membuat penurunan pada tahun 2022 tampak sedikit lebih besar. Huawei juga menunjuk pada kenaikan harga komoditas seiring dengan kontrol pandemi ketat Tiongkok tahun lalu dan peningkatan pengeluaran penelitian dan pengembangannya sebagai beberapa alasan penurunan laba. Menurut Chairman bergilir Huawei Eric Xu, “Pada tahun 2022, lingkungan eksternal yang menantang dan faktor non-pasar terus berdampak pada operasi Huawei.”

Dia menambahkan lebih lanjut bahwa “Di tengah badai ini, kami terus berpacu, melakukan segala daya kami untuk mempertahankan kelangsungan bisnis dan melayani pelanggan kami”. Namun terlepas dari penurunan laba terbesarnya, Huawei sebenarnya mengalami peningkatan pendapatan sebesar 0,9% menjadi 642,3 miliar yuan (Rp1.396 triliun) pada tahun 2022.