sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id telkomsel
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id poco
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id realme
Sabtu, 21 Jan 2023 11:54 WIB

Guru wajib tahu! Begini cara cek plagiarisme AI

Alat pendeteksi plagiarisme yang ada sejak lama mungkin tidak akan mampu mengendus kecerungan dari apa yang telah dihasilkan AI.

Guru wajib tahu! Begini cara cek plagiarisme AI
Source: Unsplash/Markus Winkler

Chatbot menjadi perbincangan hangat saat ini, dengan ChatGPT menjadi pemimpin di antaranya. Namun kecanggihan serta kecerdikan teknologi ini mau tidak mau membawa kita ke gelombang pasang plagiarisme dan kecurangan yang dihasilkan AI

Rilis terbaru OpenAI, ChatGPT pada November 2022 pada dasarnya mendorong kehebatan chatbot menjadi pusat perhatian. Chatbot ini dapat membuat esai, menjawab soal matematika, hingga artikel yang mudah dipahami. Itu sebabnya, ChatGPT sangat disukai oleh para siswa, namun dibenci para guru.

Alat pendeteksi plagiarisme yang ada sejak lama mungkin tidak akan mampu mengendus kecerungan dari apa yang telah dihasilkan AI. Untuk itu, artikel ini akan memberikan beberapa opsi gratis untuk keluar dari sisi gelap chatbot AI, di mana dapat mendeteksi plagiarisme secara akurat atau hampir akurat, yang dirangkum dari Digital Trends (21/1).

Pertama adalah GPT-2 Output Detector yang berasal langsung dari pengembang ChatGPT, OpenAI. Output Detector mudah digunakan, di mana pengguna hanya perlu memasukkan teks ke dalam bidang teks dan alat akan segera memberikan penilaiannya tentang seberapa besar kemungkinan teks tersebut berasal dari manusia atau bukan.

Dua alat lainnya, yakni Writer AI Content Detector dan Content at Scale, dapat mendeteksi dengan memindai URL atau memasukkan teks secara manual. Hasilnya berupa skor persentase seberapa besar kemungkinan konten tersebut dibuat oleh manusia.

Opsi lain, Sahabat Tek bisa menggunakan GPTZero yang dibuat oleh mahasiswa Universites Princeton, Edward Zen. Berbeda dari yang lain dalam menetapkan algiarisme" (plagiarisme berbasis AI), GPTZero membagi hasilnya dalam dua kategori, yaitu perplexity dan burtiness. Burtiness mengukur keacakan keseluruhan untuk kalimat dalam sebuah teks, sementara perplexity mengukur keacakan dalam kalimat. 

Selain itu, Digital Trends juga menyertakan Giant Language Model Test Room (GLTR), yang dikembangkan oleh para peneliti dari MIT-IBM Watson AI Lab dan Harvard Natural Language Processing Group. Seperti GPTZero, hasil akhirnya ditampilkan sebagai perbedaan "manusia" atau "bot".

GLTR pada dasarnya menggunakan bot untuk mengidentifikasi teks yang ditulisoleh bot. Sebab, bot cenderung memilih kata yang tidak dapat diprediksi. Oleh karena itu, hasilnya disajikan sebagai histogram berkode warna, memeringkat teks yang dihasilkan AI versus teks yang dihasilkan manusia. Semakin besar jumlah teks yang dapat diprediksi, semakin besar kemungkinan teks tersebut dibuat oleh manusia.

Share
×
tekid
back to top