Elon Musk sebut SpaceX Starship 3x lebih kuat dari roket NASA
Elon Musk sebut SpaceX Starship 3x lebih kuat dari roket NASA
Elon Musk baru saja membagikan perkembangan terbaru tentang program Starship dalam sebuah talk bersama komunitas Tesla Owners Silicon Valley. Starship yang dikembangkan oleh SpaceX saat ini memegang gelar sebagai roket terbesar di dunia dalam tahap pengembangan — dan Musk menyatakan bahwa dua tujuan utama yang masih dikejar adalah pemulihan (recovery) upper stage Starship dan pengisian bahan bakar di orbit (orbital propellant filling).
Kedua hal ini sangat penting untuk menekan biaya peluncuran dan meraih reusabilitas tinggi, meski hingga pertengahan 2025 SpaceX masih terus menghadapi beragam tantangan teknis dan belum membuat kemajuan signifikan di kedua aspek tersebut.
Musk membuka pembicaraan dengan mengakui bahwa pengembangan Starship memang sangat sulit dan menantang di banyak aspek. Ia membandingkan, roket ini akan memiliki daya dorong hingga tiga kali lipat dari Saturn V yang menjadi ikon misi pendaratan manusia ke Bulan.
Starship juga memiliki bobot hampir dua kali lebih berat dari Saturn V. Yang membuat proyek ini dianggap “gila” adalah target SpaceX untuk menjadikan Starship roket pertama yang “benar-benar dan sangat cepat bisa digunakan ulang.” Menurut Musk, di awal kemunculan konsep Starship banyak yang menertawakan dan menganggapnya tidak mungkin diwujudkan.
Salah satu tantangan terbesar dalam pengembangan Starship adalah pelindung panas (heat shield) yang digunakan pada upper stage. Ribuan tiles pelindung panas ini diproduksi sendiri oleh SpaceX dan dirancang agar mampu bertahan saat reentry atmosfer. Musk mengakui inilah rintangan teknis paling utama saat ini, sebab pelindung panas ini bersifat expendable dan sangat menentukan apakah Starship dapat digunakan ulang di penerbangan berikutnya.
Selain heat shield, dilansir dari laman Wccftech (28/7), Musk menekankan bahwa pencapaian berikutnya adalah upaya mendaratkan Starship di darat dan menangkapnya menggunakan chopsticks raksasa pada menara peluncuran. Sistem tower catch ini dirancang agar roket tidak perlu mendarat di tengah laut, membuka era baru reusabilitas penuh dan cepat bagi roket. Musk menyebut, ia optimistis Starship bisa dicoba untuk recovery lewat sistem tersebut sebelum akhir tahun, atau setidaknya di paruh pertama 2026.
Setelah sistem penangkapan (catching) via chopping stick berhasil diimplementasikan, SpaceX akan fokus pada upgrade untuk memastikan booster dan Starship bukan hanya reusable, tetapi “fully dan rapidly reusable.” Ambisinya adalah menekan biaya peluncuran per ton muatan ke bawah biaya Falcon 1, roket pertama SpaceX yang bersifat expendable dan hanya sanggup mengangkut setengah ton kargo. Dengan Starship, Musk menargetkan biaya peluncuran ratusan ton muatan bisa lebih murah daripada peluncuran konvensional dengan kapasitas jauh lebih kecil.
Visi berikutnya dari Starship adalah memperkenalkan konsep pengisian bahan bakar di orbit. Musk menjelaskan, tahap awal akan melibatkan dua unit Starship yang saling docking di luar angkasa untuk transfer propellant. Begitu berhasil, SpaceX akan menghadirkan depot propellant di orbit sebagai bagian dari persiapan misi ke bulan (Artemis) dan ekspedisi antarplanet ke Mars yang membutuhkan pengisian bahan bakar di luar angkasa.









