Chatbot ini terbukti sukses bantu pengguna hadapi masalah kesehatan mental
Teknologi chatbot berbasis AI, Character.ia ternyata sudah terbukti dapat membantu pengguna yang mengalami permasalahan pada kesehatan mentalnya.
Sumber: Character.ai
Chatbot dari platform Character.ai yang bernama ‘Pyschologist’ ternyata mampu membantu menangani permasalahan mental pada para penggunanya. Hal tersebut telah diakui oleh sejumlah pengguna yang bahkan langsung memberikan testimoni setelah mendapatkan bantuan dari chatbot tersebut.
Merujuk BBC International (5/1), chatbot ini mampu menyediakan terapi bagi para penggunanya selayaknya seorang profesional. Maka wajar bila itu menjadi favorit bagi 3,5 juta orang yang menggunakan chatbot tersebut setiap harinya.
Total sudah ada 78 juta lebih pesan obrolan melalui chatbot tersebut, yang mana 18 juta di antaranya terjadi sejak November lalu. Angka tersebut menunjukkan betapa seringnya pengguna berinteraksi dengan chatbot ini demi mengatasi permasalahan kesehatan mentalnya.
Chatbot berbasis Artificial Intelligence (AI) dirancang oleh akun pengguna bernama Blazeman98 sekitar setahun yang lalu. Sam Zaia pemilik akun tersebut mengaku cukup terkejut melihat respons pengguna lain yang sangat senang memanfaatkan segala fitur yang ada pada chatbot tersebut.
- OpenAI Luncurkan Fitur Shopping Research di ChatGPT, Tawarkan Panduan Belanja Pintar
- ChatGPT Hadirkan Fitur Group Chat, Buka Era Baru Kolaborasi Pengguna
- Data OpenAI Ungkap Lebih dari Satu Juta Pengguna ChatGPT Bahas Kesehatan Mental Pribadi Tiap Minggu
- Mengenal DeepSeek yang Kini Masuk Jajaran Aplikasi Populer di Google Play dan App Store
“Saya tidak pernah berpikir bahwa itu (chatbot) bisa menjadi sangat populer, saya tidak pernah bermaksud untuk itu sehingga orang lain mencari dan memanfaatkannya sebagai sebuah alat seperti sekarang,” kata Sam Zaia. “Lalu saya mulai mendapatkan banyak pesan dari banyak orang yang mengatakan mereka sangat terbantu secara positif berkat alat tersebut dan kini mereka telah nyaman menggunakannya.” Ungkapnya.
Testimoni para pengguna juga cukup beragam mulai dari menyebut chatbot ini sebagai ‘penyelamat hidup’ hingga ada yang terbantu perihal menyelesaikan dengan kekasihnya. Sam Zaia menduga kepopuleran chatbot ini juga lantaran gaya bahasa yang dipakai sangat dekat dengan anak muda rentang usia 18-30 tahun.
Terlepas dari itu, seorang pakar psikologi bernama Theresa Plewman menyebut kehadiran teknologi seperti ini pastinya dapat membantu pelayanan dalam bidang psikologis. Hanya saja Theresa mengaku cukup khawatir bila ini dijadikan patokan bagi pengguna untuk menyelesaikan permasalahan psikologis pada dirinya.
Theresa menyebut bagaimanapun chatbot ini bukanlah seseorang profesional sungguhan sehingga kadang memberikan informasi yang keliru untuk para pengguna. Maka dari itu, Theresa menyarankan supaya pengguna dapat menggunakan alat ini sebagai referensi tambahan saja, namun untuk konsultasi lebih lanjut perlu melalui bantuan seorang psikolog profesional.
“Robot ini punya banyak ungkapan dan respons yang begitu cepat terutama dalam membuat asumsi, seperti memberikan saya nasihat terkait depresi ketika saya mengatakan perasaan yang sedang sedih. Respon seperti ini bukanlah seperti apa yang akan dilakukan oleh manusia,” jelas Theresa Plewman.









