sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id poco
  • partner tek.id telkomsel
Jumat, 29 Mei 2020 16:15 WIB

4 dari 10 pengguna online di Asia Pasifik hadapi kebocoran data pribadi

Beberapa pelanggaran yang kerap terjadi adalah akses akun tanpa izin, pengambil-alihan perangkat, pencurian dan penggunaan data rahasia.

4 dari 10 pengguna online di Asia Pasifik hadapi kebocoran data pribadi
Source: Kaspersky

Survey terbaru Kaspersky menunjukkan bahwa ada sekitar 40% konsumen di Asia Pasifik (APAC) yang menghadapi insiden kebocoran informasi pribadi. Hal ini biasanya dilakukan oleh pihak lain tanpa persetujuan orang yang bersangkutan. Sementara itu, 5 dari 10 pengguna online di wilayah APAC menyatakan keprihatinan yang sama dalam hal menjaga kehidupan virtual dan fisik mereka.

Hal itu tertuang dalam Kaspersky Global Privacy Report 2020. Ini merupaakan studi mengenai sikap konsumen terhadap privasi online. Survei yang dilakukan oleh lembaga penelitian independen Toluna ini berlangsung dari Januari hingga Februari 2020. Setidaknya ada 15.002 konsumen dari 23 negara yang terlibat dalam survei ini. 3.012 di antaranya berasal dari Asia Pasifik.

Dalam siara persnya, Kasperksy menyebut beberapa pelanggaran melibatkan insiden berupa akun yang diakses tanpa izin dengan jumlah 40%, pengambil-alihan perangkat secara ilegal (39%), pencurian dan penggunaan data rahasia (31%), data pribadi yang diakses oleh seseorang tanpa persetujuan, dan penyebaran informasi pribadi secara publik (20%).

Penelitian yang sama juga menunjukkan kalau lebih dari seperlima pengguna masih dengan sukarela membagikan privasi mereka untuk mendapatkan produk atau layanan secara gratis. Sebanyak 24% responden lainnya juga lalai dalam menjaga privasi dengan membagikan detail akun media sosial. Biasanya hal ini dilakukan untuk kuis hiburan, seperti apakah jenis bunga atau selebriti yang mirip dengan mereka. Selain itu, dua dari 10 konsumen yang disurvei mengakui bahwa mereka membutuhkan bantuan untuk mempelajari bagaimana cara melindungi privasi secara online.

“Data kami menunjukkan perilaku online yang cukup kompleks di wilayah kita. Ini sesungguhnya merupakan kemajuan yang disambut baik dimana sebagian besar konsumen sekarang cukup memahami privasi online, tetapi kebiasaan virtual dan pengetahuan keamanan mereka masih membutuhkan perubahan,” kata Stephan Neumeier, Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky.

Neumeier juga melanjutkan bahwa dengan situasi kerja jarak jauh, privasi digital harus menjadi perhatian pengguna pribadi dan perusahaan. Pasalnya, jaringan perusahaan kini sebagian besar sudah berada di rumah selama WFH. Hal ini akan dijadikan kesempatan bagi para pelaku kejahatan siber untuk melancarkan serangannnya.

Ketika ditanya mengenai konsekuensi yang mereka temui setelah pelanggaran privasi, para pengguna online menyebutkan beberapa hal negatif yang memengaruhi kehidupan digital dan bahkan fisik mereka. Sebagian besar (39%) terganggu oleh spam dan iklan, sebagian (33%) merasa stres, dan sebagian (24%) menyatakan reputasi pribadi mereka dalam bahaya.

Dalam persentase yang sama, sebanyak 19% pengguna telah menyinggung seseorang, kehilangan uang, dan terintimidasi. Pemerasan juga dialami oleh 16% pengguna di Asia Pasifik, hubungan keluarga lekuk (15%), beberapa mengalami kerusakan karir (14%) hingga pemutusan ikatan romantis atau mengalami perceraian (10%).

“Para pelaku kejahatan siber cenderung mengikuti arah kekacauan berada. Kapan pun terdapat sebuah tren atau krisis besar, mereka akan menggunakannya sebagai kesempatan sempurna untuk mengeksploitasi peningkatan emosi manusia yang membuat pengguna lebih rentan. Untuk melindungi diri Anda selama masa kritis ini, penting untuk berhati-hati akan rincian pribadi yang Anda bagikan secara online dan memahami bagaimana data ini akan digunakan. Kunjungi kembali pengaturan privasi dan aturlah sesuai dengan kebutuhan Anda. Internet adalah ruang berisi berbagai kesempatan dan siapa pun dapat memperoleh manfaat darinya, selama kita tahu bagaimana mengelola data dan kebiasaan online secara cerdas,” ujar Neumeier.

Share
×
tekid
back to top