sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id telkomsel
  • partner tek.id poco
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id samsung
Senin, 04 Sep 2017 19:44 WIB

Saya tak suka selfie, tapi Vivo V5s sungguh terlalu

Saya bukan penggemar selfie, namun Vivo V5s membuat saya bersenang-senang dengan foto selfie.

Saya jarang selfie. Saya lebih suka menggunakan kamera utama ponsel pintar. Namun, bukan berarti galeri foto saya tidak ada selfie. Hanya saja, foto atau video selfie saya kebanyakan bercerita soal aktivitas bersama kawan-kawan. Saya lebih memanfaatkan selfie untuk alat eksistensi diri daripada narsis.

Sebuah studi Brigham Young University, awal tahun ini, menemukan, memang ada tiga tipe orang penyuka selfie. Selfie tipe komunikator, autobigrapher, dan self-publicist.

Agaknya, saya termasuk yang tipe autobiographer, selfie saat mendokumentasikan aktivitas kehidupan sehari-hari. Lalu, apa jadinya bila lelaki seperti saya diberi kesempatan untuk menggunakan ponsel pintar yang utamanya dirancang untuk selfie?

Kamera

Sebagai orang yang tidak terlalu doyan selfie, saya bersyukur akan kehadiran ponsel pintar dengan kualitas kemera depan yang semakin bagus. Alasannya, ketika selfie dengan teman-teman, kamera depan Vivo V5s nyaris tidak mengecewakan.

Ada saja kesempatan tertentu yang memaksa saya untuk selfie bersama kawan-kawan. Entah saat berkumpul atau saat melancong bersama. Vivo V5s selalu jadi andalan bagi teman-teman untuk merekam momen-momen tersebut.

Dalam kondisi pencahayaan yang terang, pagi hari yang cerah, misalnya, Vivo V5s mampu menghasilkan selfie yang sangat baik. Kekurangannya adalah tone warna yang sedikit melenceng dari warna asli objek foto. Akan tetapi, itu tidak terlalu mengganggu aktivitas mengambil gambar.

Dalam ruangan dengan cahaya yang lemah pun, kamera depan Vivo V5s bisa membantu meningkatkan pencahayaan gambar selfie. Lensa kamera depannya sangat sensitif dengan cahaya. Inilah salah satu faktor penting yang membuat kamera depan Vivo V5s jadi bagus.

Saya menghindar untuk menggunakan fitur face beauty dalam kamera depan Vivo V5s. Tapi, tetap saja, wajah saya jadi automulus, meski fitur ini saya non-aktifkan. Kebetulan, kulit saya sawo matang, namun saya selalu terlihat sedikit cerah di dalam foto.

Melihat foto selfie saya yang tampak baik dan masih terlihat natural, saya puas dengan Vivo V5s. Begitu juga dengan teman-teman yang saya ajak selfie, sama puasnya seperti  saya. Ini membuktikan bahwa teknologi kamera depan yang baik, mampu mengubah persepsi saya.

Sebelumnya, saya menganggap selfie itu urusannya wanita saja, tapi kini, saya bisa mengatakan: selfie itu mengasyikkan. Pantas bila tren selfie ini terus menjadi euforia dari tahun ke tahun. Bahkan, dengan makin banyaknya konten video yang kita lihat di media sosial, sepertinya standar kamera depan memang harus ditingkatkan agar mampu merekam video yang lebih baik lagi.

Saya sendiri membuktikannya. Merekam video dengan kamera depan tidak secanggung yang saya kira. Justru, membuat vlog ketika sedang ngopi bersama kawan-kawan mengundang senyum-senyum sendiri.

Desain

Saya tidak bisa membedakan Vivo V5, Vivo V5 Lite, atau Vivo V5s. Ketiga varian ini punya tampang yang sama. Hanya Vivo V5 Plus yang bisa dibedakan karena punya dua kamera depan.

Hal yang saya sukai dari Vivo V5s adalah pilihan warnanya. Vivo V5s punya varian warna hitam. Saya suka warna itu karena membungkus kesan feminim Vivo V5s. Jadi, meski jago selfie, tampang bisa sangar.

Saya termasuk salah satu dari pengguna ceroboh yang menjejalkan beragam barang di dalam tas. Alhasil, Vivo V5s yang saya taruh dalam tas bergesekan dengan benda lain dan layarnya tergores cukup lebar. Tentu, ini merusak penampilan elegannya. Selebihnya, dari tampang, penempatan tombol dan sensor sidik jari, sampai kualitas bodi, tidak ada masalah.

    Share
    ×
    tekid
    back to top