sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id telkomsel
  • partner tek.id poco
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id samsung
Minggu, 21 Jul 2019 13:25 WIB

Review kamera saku Sony RX0 II, kecil-kecil cabe rawit

Kamera berdimensi 59 x 40,5 x 35 mm tersebut, mengantungi sensor Exmor RS berukuran 1 inci. Mirip dengan sensor pada kamera saku premium Sony RX100 VI yang berdimensi jauh lebih besar.

Review kamera saku Sony RX0 II, kecil-kecil cabe rawit

Mengkreasikan konten video seperti vlog, kini semakin jamak dilakukan pengguna. Tentunya kualitas video yang baik menggunakan kamera premium. Warna-warna reproduksi kamera premium berjenis DSLR maupun mirrorless ini memang optimal untuk tayang di Youtube.

Hanya saja, mengkreasikan konten vlog tampak "ribet" dengan penggunaan kamera berdimensi besar. Perlu kamera berukuran kecil dan mengakomodasi seluruh kebutuhan vlogging. Berkaca dari skenario tersebut, Sony menghadirkan kamera khusus vlogging terbaru bernama RX0 II (atau disebut juga dengan DSC-RX0M2).

Kamera premium berdesain mini

Memang, banyak produsen kamera yang menghadirkan produk khusus vlogging, tetapi rata-rata berukuran besar sehingga bobotnya agak berat. Meskipun mereka menghadirkan yang berukuran kecil, layar LCD di kameranya bersifat tetap, sehingga agak sulit mereka-reka ketika sedang ‘berbicara sendiri’.

Dengan tujuan, ingin memanjakan konsumen, RX0 II hadir dalam ukuran minimalis tetapi menjejalkan fitur layaknya kamera premium. Salah satunya adalah layar LCD dengan engsel sehingga memungkinkannya terlipat 180 derajat ke arah atas dan 90 derajat ke arah bawah. Dengan demikian, cara tersebut memungkinkan kamu mengeksplorasi pembuatan vlog dengan lebih leluasa tanpa terhalang pandangan. Saya pernah mencoba berlari sambil melipat layar, hasilnya adalah layar tetap di posisi yang sama. Ini menandakan engselnya cukup kokoh.

Kamera yang hanya berdimensi 59 x 40,5 x 35 mm tersebut juga mengantungi sensor Exmor RS berukuran 1 inci sehingga mirip dengan sensor yang ada pada kamera saku premium Sony RX100 VI, yang berukuran jauh lebih besar. Tidak ketinggalan pula prosesor gambar Bionz X, yang sekali lagi terdapat pada RX100 VI. Sony membekali RX0 II dengan lensa Zeiss Tessar T* yang memiliki focal length 24 mm serta apertur f/4, ini adalah focal lenght yang setara dengan kamera format full-frame. Menurut EXIF metadata dari foto yang saya potret, focal length ‘asli’ RX0 II adalah 7,9 mm.

Berbicara mengenai foto, kamera tersebut mampu mereproduksi resolusi gambar hingga 15,3 MP. Selain menghadirkan format JPG, kamu juga dapat memotret menggunakan format RAW agar dapat memberikan informasi lebih banyak ketika proses pengeditan ketimbang format JPG. Kecepatan memotret continuous 16 fps juga memastikan kamu menangkap subjek tanpa melewatkan momen berharga.

Dari sisi video, RX0 II dapat dibuat merekam hingga resolusi 4K/30p. Jika ingin memotret dengan refresh rate yang lebih mulus (60 fps), kamu dapat mengubah perekaman menjadi Full-HD. Agar hasil video lebih stabil, Sony melengkapi kamera dengan penstabil gambar elektronik (EIS), atau mereka menyebutnya sebagai SteadyShot.

Pengoperasian

Kamera ini memang tergolong kecil, tetapi akses tombol yang dipadukan oleh menu antarmuka yang cukup intuitif membuat saya tidak bingung dalam mengatur seluruh mode pemotretan atau fungsi-fungsi lainnya. Terdapat 6 tombol yang berada di dekat sisi layar LCD. Tombol-tombol tersebut adalah navigasi (atas, bawah, kiri, kanan), MENU dan DISP.

Tampilan menunya benar-benar mirip seperti kamera saku atau bahkan mirrorless Sony. Tidak mengherankan mengingat perusahaan asal Jepang tersebut mengklaim RX0 II masuk ke dalam kamera kelas atas. Meski intuitif, saya merasa tulisan-tulisan dalam menu terlalu kecil pada layarnya yang berukuran 1,5 inci. Seharusnya Sony membuat layar yang lebih besar mengingat bezel layar masih cukup besar untuk mengakomodasinya.

Tetapi saya merasa Sony juga sadar akan momok tersebut, dengan demikian mereka menghadirkan jalan pintas untuk masuk ke menu yang sering diakses. Contoh, tombol navigasi kiri dapat berlakon juga sebagai kursor untuk memilih aneka macam mode pemotretan dan perekaman, total ada 9 pilihan untuk memotret.

Tombol navigasi kanan juga berfungsi untuk menampilkan pengaturan fungsi (Fn) agar langsung dapat mengubah shutter speed, mode AF, resolusi, dan semacamnya. Tombol ke arah bawah bermanfaat juga untuk melihat hasil-hasil foto maupun video. Perlu diingat bahwa sekumpulan jalan pintas ini hanya dapat diakses ketika kamera dalam mode stand by atau tidak sedang menampilkan antarmuka menu.

Ada dua lagi tombol di bagian atas kamera yang masing-masing berfungsi untuk tombol daya dan tombol shutter. Kamu tetap dapat melakukan fokus dengan menekan tombol shutter setengahnya. Bersadarkan mengalaman saya, akses AF pada tombol ini sangat tipis, jadi saya harus menekannya secara lembut agar RX0 II dapat melakukan fokus sebelum mengambil foto.

Mengingat RX0 II memapu menahan air, aneka slot yang berada padanya dilengkapi dengan mekanisme tutup dengan kunci geser, pintu slot juga dilapisi karet agar menambah daya ketahahan air. Kompartemen baterai berada pada sisi kanan dan tempat slot microSD, port mini HDMI, jack audio, dan port micro USB ada di sisi belakang sebelah kanan yang juga dilindungi penutup.

Daya tahan air yang mampu ditanganinya hingga kedalaman 10 meter. Bodinya yang solid juga memungkinkannya tahan benturan. Namun saya sarankan kamu tetap berhati-hati ya ketika merekam di lingkungan yang ekstrem agar tidak membahayakan diri sendiri.

Performa

Pada saat memotret di siang hari, fungsi AF yang dihadirkannya cukup cepat dan akurat. Sebelumnya saya sempat menyinggung soal tombol shutter yang menyajikan pengoperasian AF sangat tipis ketika ditekan. Tetapi mengingat sistem AF yang dimilikinya cukup cepat saat menentukan subjek, saya merasa hal tersebut tidak telalu menjadi masalah. Pasalnya, RX0 II akan menentukan AF dengan gesit meski saya langsung menekan tombol shutter sepenuhnya. Meski performa AF agak menurun ketika saya memotret pada malam hari, hal ini cukup wajar mengingat prosesor dan sensor lebih minim mendapatkan paparan cahaya ketika kondisi remang-remang.

Warna yang dihasilkan pada gambar hasil foto sangat bagus. Fungsi Superior Auto dengan pintar mampu mendeteksi skema yang saya ambil dengan tepat seperti pepohonan, langit dan sebagainya. Cara RX0 II mengatur exposure ketika saya memotret subjek yang membelakangi cahaya juga patut diacungi jempol. Ini terbukti dengan pancahayaan yang cukup seimbang antara subjek dan latar belakang, yang mana subjek tidak mengalami under-exposure, serta latar belakang tidak tersandung over-exposure.

Ketika saya memotret pada waktu malam hari dengan penerangan yang berasal dari toko-toko kedai makanan dan beberapa lampu taman, kamera ini mampu menangani gangguan noise hingga di angka ISO 800. Saat saya naikan ISO hingga 1000, noise sudah mulai tampak dan memerlukan sedikit proses pengeditan agar kamu mendapatkan hasil yang layak cetak.

Pengujian selanjutnya saya gunakan untuk merekam video. Sengaja saya memasangkan RX0 II di atas mobil RC dengan skala ukuran 1:12. Saat saya menjalankan mobil RC di permukaan yang halus (lantai keramik), EIS yang diembannya sangat berperan untuk menangani getaran karena roda bergirigi.

Memang masih ada getaran pada hasil video, penyebabnya adalah pergerakan shock breaker. Ketika saya menjalankan mobil di permukaan conblock, getaran yang ditampilkan memang lebih besar. Tetapi getaran tersebut merupakan hasil yang cukup baik jika dibandingkan ketika saya tidak mengaktifkan fitur SteadyShot. Percobaan terakhir yang saya lakukan adalah menjalankan mobil RC di atas lapangan rumput. Sekali lagi, fitur EIS yang dikantungi kamera cukup baik dalam hal meredakan getaran.

Detil video yang tampilkan cukup tajam dan terbukti dengan terlihatnya partikel debu kecil saat mobil saya melaju dengan kecepatan tinggi di tanah. Daun-daun di atas terlihat jelas meski membelakangi cahaya. Tetapi kamera memerlukan sedikit waktu untuk menampilkan exposure yang seimbang saat ia tiba-tiba merekam subjek yang membelakangi cahaya. Saya juga sempat menghubungkan RX0 II dengan smartphone ketika ia terpasang di mobil RC.

Koneksi Wi-Fi antara smartphone dan kamera cukup stabil meski mobil saya jalankan dengan kecepatan tinggi, baik itu berjalan lurus maupun berbelok-belok. Tetapi sinyal mulai tidak stabil saat mobil berjalan jauh dari lokasi smartphone dalam jarak sekitar 10 meter. Pada jarak ini tampilan video pada smartphone terlihat patah-patah sebelum pada akhirnya tidak ada koneksi sama sekali.

 

Tidak lupa saya merekam ketika dibonceng menggunakan motor. Hasil video sangat stabil tidak ada guncangan sama sekali. Meski jalanan yang saya lalui berbatu-batu, hasil yang ditampilkan RX0 II tetap stabil. Saya juga sempat berbicara selama perjalanan, suara hasil perekaman video terdengar jelas dengan efek separasi stereo yang lebar. Mobil yang berjalan dari arah kiri ke kanan terdengar dengan mulus perpindahannya. Fitur Wind Cut yang ada di dalam kamera secara signifikan mampu menghilangkan suara angin, dengan catatan kamera harus lurus dengan arah datangnya angin. Pasalnya, ketika angin datang dari arah samping kamera, fitur tersebut kurang mampu mengatasi suara terpaan angin.

Kesimpulan

RX0 II hadir untuk keperluan vlogging dengan mobilitas tinggi. Ditambah dengan layarnya yang dapat dilipat, para vlogger kini dapat merekam dirinya sendiri dengan tepat di dalam frame. Kontrol lengkap yang ada di kamera juga sudah membantu mengakses pengaturan kamera dengan mudah.

Performa selama saya mengujinya cukup gesit. Hanya saja akan lebih baik kalau diafragmanya lebih besar dari f/4. EIS yang dihadirkannya sudah mumpuni untuk keperluan vlog di manapun. Siapkan uang Rp9.999.000 jika kamu tertarik membeli kamera Sony RX0 II.

 
Sony RX0 II
Bagus ...
  • Stabilisasi gambar bagus
  • Layar tawarkan fleksibilitas tinggi
  • Warna alami
Kurang ...
  • Tombol AF pada shutter terlalu tipis
  • Eksposur terkadang kurang renpons baik
  •  
Share
×
tekid
back to top