sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id telkomsel
  • partner tek.id poco
  • partner tek.id acer
Jumat, 15 Nov 2019 19:05 WIB

Review Fujifilm X-A7: semudah menggunakan ponsel

Perusahaan asal Jepang tersebut mendesain antarmuka X-A7 menyerupai kontrol pada ponsel. Hal ini agar menyajikan kemudahan bagi yang baru memegang kamera mirrorless.

Review Fujifilm X-A7: semudah menggunakan ponsel

Fujifilm X-A7 hadir sebagai penerus kamera mirrorless X-A5 yang hadir tahun lalu. Seri ini masuk ke dalam segmen entry-level sehingga diklaim cocok bagi kamu yang ingin mendapatkan foto dengan hasil yang baik untuk diunggah di media sosial. Perusahaan asal Jepang tersebut mendesain antarmuka X-A7 menyerupai kontrol pada ponsel. Hal ini menawarkan kemudahan bagi yang baru mencoba kamera mirrorless.

Desain

Ada sedikit perbedaan dalam hal desain antara X-A7 dan X-A5, dimana X-A7 terlihat lebih simpel dibandingkan  kakaknya. Hal ini dikarenakan mirrorless terbaru dari Fujifilm tersebut minim tombol fisik di bagian belakang kamera. Sebagai catatan, X-A5 memiliki banyak tombol kontrol untuk melakukan navigasi menu dan melakukan penyesuaian mode pemotretan.

Bagian belakang X-A7 hanya dilengkapi dengan dua tombol (Menu/OK dan Display/Back), serta satu joystick lima arah. Desain simpel ini kemungkinan besar dikarenakan oleh layar X-A7 yang memiliki aspect ratio 16:9, sehingga menyisakan sedikit ruang untuk tombol-tombol pengaturan.

Pada bagian bahu kamera, ada tiga dial kontrol yang masing-masing berfungsi untuk memilih mode pemotretan/perekaman, pengaturan kecepatan shutter (tergantung mode yang dipilih), dan mengatur kompensasi exposure (dial yang paling kanan).

Tetapi jika kamu memotret dengan model Manual, maka dial yang terletak di tengah akan berfungsi sebagai pengatur besaran aperture, sementara dial paling kanan berfungsi untuk menyesuaikan kecepatan shutter.

Tombol shutter terdapat di atas dial tengah, posisinya mudah dijangkau oleh jari telunjuk. Hal ini dirancang untuk menghindari salah tekan tombol Function 1 (Fn1) yang berada di atas dial paling kanan. Rancang bangun ini memudahkan kamu agar dapat memotret dengan cepat. Sayangnya, thumb rest (sandaran ibu jari) pada X-A7 tidak terlalu besar, sehingga saya harus sedikit berhati-hati ketika memegang kamera saat memotret.

Lampu flash yang ada di bahu kiri memiliki mekanisme pop-up. Untuk mengaksesnya dilakukan secara manual melalui tombol di sisi kiri kamera. Menariknya, kamu tetap dapat mengeluarkan flash meski kamera sedang dalam keadaan mati. Tombolnya didesain mungil diantara pengait tali strap dan cover port mikrofon. Tujuannya agar lampu flash tidak keluar karena tombolnya tidak sengaja tertekan saat kamu meletakannya di dalam tas. 

Di bawah tombol akses lampu flash terdapat port mikrofon eksternal yang membantu menghadirkan suara yang lebih jelas untuk merekam video. Sedangkan port mini HDMI dan port USB Type-C berjejer di sisi sebelah kanan disertai cover.

Pengoperasian

Sebelumnya sempat saya singgung jika X-A7 minim tombol kontrol di bagian belakang. Ini dikarenakan kontrol bisa dilakukan pada layar sentuhnya yang berukuran 3,2 inci, Ukuran layarnya cukup lebar untuk sebuah layar kamera. Selain bisa mengakses pengaturan melalui tombol Menu, kamu juga dapat menampilkan pengaturan dengan mengetuk layar sebanyak dua kali.

Engsel layar X-A7 juga dilengkapi dengan mekanisme yang fleksibel, sehingga kamu dapat memutar-mutar layarnya sesuai dengan posisi memotret. Untuk mengakali ukuran thumb rest-nya yang mungil, saya membuka layar ke kiri agar dapat memegang bodi bagian belakang kamera saat memotret untuk mendapatkan pegangan yang lebih stabil.

Saya menyukai menu antarmuka yang dihadirkan Fujifilm X-A7. Pasalnya, antarmukanya sangat mudah digunakan dan intuitif. Pada layarnya ada ikon yang berada di pojok kanan bawah layar untuk mengatur menu yang sering digunakan.

Sebenarnya ada tiga tombol Fn pada kamera yang hanya berbobot 320 gram ini. Hanya saja dua tombol Fn tersebut berbentuk virtual yang berada di dalam layar. Dengan begitu, pengoperasian antarmuka pada kamera ini memang benar-benar mirip dengan ponsel.

Hal lain yang menjadikan antarmuka Fujifilm X-A7 mirip dengan ponsel adalah kamu dapat mengakses fitur Portrait Enhancer dengan cara menggeser slider untuk meningkatkan warna kulit wajah. Ada pula slider untuk mengatur Depth Control yang berfungsi untuk meningkatkan tampilan bokeh pada latar belakang subjek.

Sebenarnya slider Depth Control adalah sebuah pengaturan aperture yang juga dapat diakses melalui tombol dial putar di punggung kamera. Sekali lagi, X-A7 hadir menyesuaikan kebutuhan pengguna yang sering melakukan akses menu pada kamera ponsel, jadi slider Depth Control sangat berguna.

Mengingat slider tersebut menampilkan tingkat depth-of-field (DoF), maka tingkat bokeh juga ditentukan oleh besaran aperture dari lensa yang dipakai. Ketika menguji unit X-A7 ini, lensa yang saya gunakan memiliki rentang aperture f/3.5 – f/5.6.

Tips bagi kamu yang ingin menghasilkan kualitas bokeh yang mulus adalah menggunakan aperture paling besar (dalam lensa ini adalah f/3.5). Kemudian dekatkan kamera dengan subjek hingga batas fokus menemukan titik fokusnya.

Meski minim tombol kontrol fisik, saya tidak tidak harus menjelajah masuk ke dalam pengaturan menu kamera. Ini dikarenakan ada fitur Quick Menu (Q) pada layar. Jika ditekan, maka seluruh pengaturan akan terpampang, mulai dari ISO, kualitas pemotretan, aspect ratio pemotretan, dan masih banyak lagi.

Cukup mudah untuk mengatur masing-masing pengaturan tersebut. Contoh, jika saya ingin mengatur tingkat ISO, cukup arahkan ke ikon tersebut dan ubah menggunakan tombol akses dial. Cara kedua lebih mudah lagi, cukup sentuh ikon ISO, kemudian geser slidernya hingga mendapatkan tingkat ISO yang dikehendaki.

Performa

Di dalam X-A7, Fujifilm menyematkan sensor tipe APS-C beresolusi 24 megapiksel dengan kepekaan ISO 200 – 12800. Seperti kamera kebanyakan, kamu juga dapat melakukan mengatur ISO 100 (tingkat terendah) dan ISO 51200 (tingkat tertinggi).

ISO rendah dipakai jika kamu ingin memotret air terjun pada sore hari dan menggunakan kecepatan shutter rendah, agar dapat mendapatkan pergerakan air yang mulus tanpa menghasilkan foto over-exposure.

Untuk ISO tinggi, cocok untuk memotret dalam cahaya remang, dengan begitu kamu bisa menghasilkan foto yang terang dalam kondisi redup. Tetapi yang perlu diingat adalah kepekaan sensor tinggi cederung berisiko menunjukan gangguan noise atau tampilan grain.

Untuk itu, saya menguji seberapa unggul kamera menanggulangi gangguan noise ketika memotret menggunakan ISO tinggi. Caranya, saya memotret menggunakan urutan dari ISO rendah ke tinggi pada kondisi cahaya di dalam ruangan yang tidak terlalu terang.

Hasilnya, X-A7 memiliki kemampuan noise reduction yang cukup baik lantaran mampu meminimalisir gangguan noise hingga ISO 3200 tanpa mengorbankan detail gambar. Namun, pada ISO 4000 gangguan noise mulai muncul, tetapi masih batas wajar. Hanya saja detailnya menurun.

Gangguan noise tampil secara signifikan ketika ISO saya naikkan menjadi 5000. Meski begitu, secara keseluruhan kamera ini cukup oke menanggulangi gangguan noise pada ISO tinggi.

ISO 100

ISO 3200

ISO 4000

ISO 5000

Dalam paket penjualan X-A7, Fujifilm menyertakan lensa kit XC 15-45mm f/3.5-5.6 OIS PZ. Lensa ini menggunakan mekanisme elektronik untuk mendapatkan tampilan subjek yang besar (zoom). Terdapat dua akses dial di barrel lensa. Dial yang ada di bagian depan dapat berputar layaknya zoom mekanik, sedangkan dial kedua memiliki akses terbatas yang dapat kembali ke tempat semula ketika diputar. Bagi kamu yang belum terbiasa, lensa power zoom ini tergolong mudah untuk dioperasikan.

Tidak ada keluhan terhadap performa AF ketika saya memotret pada siang hari di tepi pantai dan taman bermain. Kemampuan fokus kamera ini cukup gesit, titik fokusnya dapat diperoleh dalam sekejap setelah saya menekan tombol shutter setengahnya. Selain itu, sistem AF juga langsung dapat menentukan titik fokus meski saya langsung menekan tombol shutter sepenuhnya. Tidak ada gangguan shutter lag dan gambar langsung ditangkap secara akurat.

Tetapi kemampuan fokus kamera ini mulai agak kurang ketika saya memotret dari tempat yang tinggi. Saat itu saya menaiki suatu wahana. Sistem AF Fujifilm X-A7 agak keteteran menentukan titik fokus ketika saya membidik objek yang terdiri dari pantai, pohon, laut dan cakrawala. Disini, saya merasa sedikit shutter lag ketika saya menekan tombol shutter.

Di sisi lain, saya puas dengan warna yang dihasilkan Fujifilm X-A7 dalam seluruh kondisi pemotretan. Warna hijau daun tidak terpapar terlalu banyak cahaya (over-exposure) meski komposisi subjek foto lebih ke arah langit dan laut, yang notabene memerlukan lebih banyak exposure. Bisa dikatakan, penataan exposure tertata rapi. Detail yang ditampilkan juga bagus, tekstur subjek tampak tajam. Kabel gondala yang berada di kejauhan terlihat jelas meski ukurannya kecil.

Fujifilm X-A7 juga dapat mengenali objek yang difoto untuk mengoptimalkan gambarnya. Namun, saya merasa pengenalan objeknya tidak terlalu gesit. Rata-rata mirrorless ini membutuhkan waktu beberapa detik untuk mengenali subjek yang difoto. Meski tidak terlalu cepat mengenali objek, X-A7 dapat secara akurat mengenalinya, seperti pantai, langit, backlight, potret, laut, dan sebagainya.

Ketika mendeteksi subjek yang membelakangi cahaya matahari yang cerah, kamera langsung mengganti mode pemotretan menjadi HDR. Kualitas HDR yang ditampilkan oleh X-A7 cukup baik lantaran warna dan detail subjek tetap dapat terlihat jelas. Tulisan-tulisan yang ada di tengah titik tumpu wahana Bianglala tetap terbaca dengan jelas.

Penataan cahaya-cahaya kecil di taman bermain ketika saya memotret malam hari terjaga dengan apik tanpa membaur satu sama lain, meski jarak antara lampu sangat berdekatan. Ini berarti exposure pada malam hari juga menghasilkan performa yang baik. Tidak ada keluhan ketika menguji performa sistem AF pada malam hari yang dilengkapi dengan lampu-lampu hiasan. Meski kecepatan AF agak sedikit menurun, ini masih dalam batas wajar ketika memotret dalam keadaan malam.

Dari sisi video, perekaman resolusi tertinggi ada pada konfigurasi 4K/30p. Seperti ketika memotret foto, kualitas warna dalam hasil video terlihat alami dengan tatanan exposure rapi. Tetapi sayangnya, sistem AF terasa lama saat menentukan titik fokus. Ini dibuktikan saat saya merekam subjek di kejauhan dan tiba-tiba ada seseorang lewat di dekat kamera, X-A7 memerlukan waktu sekitar dua detik untuk menajamkan gambar subjek. Setelah subjek yang dekat berlalu, maka kamera memerlukan waktu lagi untuk melakukan fokus.

Berkat keunggulan X-A7 dalam menanggulangi gangguan noise hingga ISO 3200, video resolusi 4K tampil lancar tanpa ada gangguan judder saat saya merekam pada malam hari dengan penerangan lampu-lampu kecil seperti di taman bermain.

Kesimpulan

Hadirnya Fujifilm X-A7, menawarkan kemudahan untuk mengambil foto berkualitas untuk diunggah ke sosial media, seperti Instagram. Sesuai klaimnya, mirrorless tersebut memang mirip seperti mengoperasikan ponsel, contohnya ketika mengakses menu seperti slider Depth Control dan Portrait Enhancher.

Karena tujuannya untuk menghasilkan foto yang dapat langsung diunggah ke sosial media, X-A7 menyediakan konektifitas seperti Wi-Fi dan Bluetooth untuk memindahkan foto ke ponsel secara nirkabel via aplikasi Fujifilm Camera Remote. Harga yang ditawarkan untuk Fujifilm X-A7 beserta lensa kit XC 15-45mm f/3.5-5.6 OIS PZ adalah Rp10.999.000.

 
Fujifilm X-A7
Bagus ...
  • Warna alami
  • Kontrol pintar
  • Penanganan ISO cukup baik
Kurang ...
  • Beberapa tombol berukuran terlalu kecil
  • Sistem AF seharusnya lebih baik lagi
  •  
Share
×
tekid
back to top