sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id telkomsel
  • partner tek.id poco
  • partner tek.id acer
Senin, 04 Feb 2019 15:45 WIB

Senja kala Asus Zenfone di Indonesia

Sempat meroket ke posisi satu, kini Asus Zenfone nyungsep nyaris tanpa jejak. Apa yang terjadi? Apa yang salah?

Strategi Key Opinion Leader

Pada akhir 2017 lalu, kami sempat mewawancarai Country Marketing Manager Asus Indonesia, Galip Fu. Dia tampak tak risau dengan data IDC mengenai penurunan pangsa pasar smartphone Asus di Indonesia. Menurutnya, itu merupakan konsekuensi dari pergeseran strategi Asus di Indonesia. Awalnya, mereka fokus pada ponsel seharga Rp1,5 juta ke bawah, namun setelah itu, Asus mulai mencoba memasuki pasar yang lebih ketat.

Strategi marketing di media sosial pun dilakukan Asus untuk meraih atensi. Berbagai macam cara dilakukan untuk mencapainya, termasuk melirik para brand ambassador, influencer bahkan YouTuber.

Untuk memperoleh perhatian generasi milenial, khususnya Indonesia, Asus menggandeng Gong Yoo. Mereka juga intens bekerja sama dengan YouTuber. Harapannya, para subscriber, atau minimal netizen yang mengetahui sang influencer menonton tayangan itu, memperoleh pengetahuan, dan syukur-syukur, tertarik untuk memiliki seri Zenfone yang ada dalam video itu.

Hanya saja, seperti paparan data Google Trends dan Google AdWords di atas, Asus belum mampu menciptakan gelombang tren seperti dahulu.

Peralihan Asus menjadi merek premium memang panjang dan berliku. Seri Zenfone 2 Deluxe menjadi produk uji coba Asus untuk melakukan penetrasi ke kelas premium. Kendati begitu, Zenfone 2 Deluxe sebenarnya tidak premium-premium amat. Bagian belakangnya memang terkesan mewah dengan pola potongan berlian, bertekstur pula, tapi bahan back cover-nya masih menggunakan plastik.

Setelah Zenfone 2 Deluxe, Asus kembali menghadirkan produk baru di Indonesia. Pada 2016, Asus memboyong empat Zenfone 3 ke Indonesia, plus satu Zenfone AR. Melalui seri Zenfone 3 ini, Asus berhasil merombak citranya sebagai ponsel kelas menengah, dan perlahan-lahan hijrah ke segmen premium.

Kesan premium makin tampak ketika Asus memperkenalkan generasi keempat Zenfone. Sayangnya, seri ini kurang banyak mendapat perhatian di Indonesia. Pasalnya, proses masuknya terbentur aturan TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri).

Makin premium, harga yang ditawarkan untuk Asus Zenfone pun semakin mahal. Di 2018, Asus memperkenalkan generasi kelima Zenfone, termasuk di dalamnya Asus Zenfone Max Pro M1 dan suksesornya Max Pro M2.

Tampaknya, Asus tidak melakukan persiapan yang tepat ketika mencoba bermain di pasar premium. Saat semua menanti kabar, Asus justru membuat blunder karena ketersediaan Max Pro M1 di pasaran belum jelas. Asus menjadi headline dengan citra negatif di media massa. Kasus ini merebak sebagai “HP Gaib”. Asus pun sampai mengklarifikasi dan meminta maaf kepada pelanggannya di Indonesia.

Segmen gaming

Ranah baru mulai dijamah Asus pada tahun 2019. Mereka mengincar segmen gaming. Hal ini memang sudah selayaknya mereka lakukan, mengingat perkembangan gim mobile makin pesat.

Berbalut desain premium nan kece, layar jernih dan performa gaming yang tidak bisa dipandang sebelah mata, Asus menghadirkan seri ROG Phone ke Indonesia. Kendati begitu, segmen ponsel ini sangat terbatas dengan harga yang terbilang cukup lumayan. Paling murah Rp13 juta. Apakah strategi ini cukup tepat bagi Asus, atau justru kita sedang menyaksikan senja kala Asus Zenfone di Indonesia? Yang jelas, penjualan ROG Phone tak terlau terdengar heboh, seperti, misalnya, Zenfone Max Pro M2. Jika melihat data, kekuatan Asus sesungguhnya ada di kelas menengah ke bawah. Lalu, mengapa mereka sibuk mengejar bulan sambil melepaskan emas yang sudah di tangan?

Share
×
tekid
back to top