×
Kanal
    • partner tek.id realme
    • partner tek.id samsung
    • partner tek.id acer
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd
    • partner tek.id wd

Survei ISACA : Kesiapan Perusahaan Masih Lemah Hadapi Tren Serangan Siber yang Meningkat

Oleh: Tek ID - Selasa, 30 September 2025 09:29

Survei ISACA ungkap 39% profesional hadapi lebih banyak serangan siber, namun hanya 38% perusahaan yakin mampu merespons dengan efektif.

Kesiapan Perusahaan Masih Lemah Hadapi Tren Serangan Siber Ilustrasi serangan siber.. dok. Freepik

Perusahaan menghadapi ancaman serangan siber yang semakin masif, namun sebagian besar dinilai belum siap menanggulanginya. 

Data terbaru dari ISACA menunjukkan 2 dari 5 profesional (39%) melaporkan adanya peningkatan serangan dibanding tahun lalu, baik dari sisi frekuensi maupun kompleksitas.

Meski tren kenaikan serangan siber bukan hal baru, hanya 38% responden yang merasa organisasinya siap merespons secara efektif. Hal ini mengindikasikan lemahnya persiapan dalam menghadapi eskalasi ancaman.

Faktor utama penyebab rendahnya kesiapan adalah kekurangan tenaga kerja (58%) dan minimnya anggaran (54%). Meski begitu, angka ini sedikit menurun dibanding tahun sebelumnya, yang berarti ada kemajuan, meski berjalan lambat.

ISACA juga menyoroti persoalan yang lebih luas. Sekitar 68% pekerja menyebut beban kerja mereka kini jauh lebih berat dibanding lima tahun lalu. Lebih dari separuh (54%) mengeluhkan ekspektasi yang tidak realistis dan beban kerja berlebihan.

Parahnya, 22% organisasi tidak mengambil langkah apapun untuk mengatasi burnout, sementara 36% pekerja merasa tidak memiliki keterampilan maupun pelatihan yang memadai.

“Organisasi memang mulai mengakui masalah ini dan mengambil langkah perbaikan terkait anggaran serta SDM, tetapi perubahan berjalan terlalu lambat,” jelas Chris Dimitriadis, Chief Global Strategy Officer ISACA, dikutip dari TechRadar.

Kondisi ini juga berdampak pada perekrutan dan retensi talenta. Setengah perusahaan (52%) mengaku kesulitan menarik tenaga baru, dengan posisi level pemula butuh waktu 3 hingga 6 bulan untuk diisi di hampir separuh organisasi.

Di sisi lain, pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) mulai terlihat memberikan manfaat nyata. 

Sebanyak 29% profesional keamanan siber menggunakan AI untuk deteksi ancaman, 28% untuk keamanan endpoint, dan 27% untuk otomatisasi tugas. 

Namun, ISACA menegaskan perlunya regulasi AI yang lebih jelas serta peningkatan keterampilan tenaga kerja agar bisa mengimbangi eskalasi ancaman.

“Dengan menekankan pentingnya pelatihan langsung, kredensial profesional, dan keterampilan yang dapat ditransfer, organisasi bisa memperkuat tim keamanan sekaligus meringankan tekanan pada tenaga kerja yang sudah kewalahan,” pungkas Dimitriadis.

×
back to top