sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id telkomsel
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id poco
Selasa, 27 Mar 2018 19:18 WIB

Kasus Lukas vs BRI, dan kita yang suka dengan berita sampah

Hoaks di media sosial lebih cepat menyebar daripada berita benar, dan manusialah yang patut disalahkan, bukan robot.

Kasus Lukas vs BRI, dan kita yang suka dengan berita sampah

Bot atau akun abal-abal seringkali dituding menjadi dalang penyebar berita hoaks. Akan tetapi hal itu ternyata salah besar. Manusialah yang patut kita salahkan perihal penyebaran berita hoaks di platform media sosial.

Dalam sebuah studi berjudul The Spread of True and False News Online, yang terbit di jurnal akademik Science, hoaks menyebar lebih jauh dan gesit ketimbang berita yang benar, apapun kategori beritanya.

Sinan Aral dan rekan-rekannya di MIT Media Lab selaku penyusun jurnal tersebut menyimpulkan, rasio retweet berita hoaks sebesar 70 persen dibandingkan berita yang benar.

Studi itu sendiri mendalami hoaks di Twitter selama hampir satu dekade terakhir ini (2006-2017). Ada sekitar tiga juta akun dan 4,5 juta 'cuitan' berhasil mereka kumpulkan. Menariknya, rasio ini tidak mengenal seberapa besar jumlah follower dan keaktifan pengguna di Twitter.

Data yang mereka peroleh menunjukkan, sekitar 15 persen saja akun bot terlibat dalam memviralkan berita hoaks. Artinya, keterlibatan akun asli lebih mendominasi penyebaran hoaks di Twitter.

Kasus Lukas dan BRI

Pada 14 Maret 2018, portal berita nasional memuat berita Lukas, seorang Tenaga Kerja Indonesia asal Blitar. Kasus Lukas ini mencuat setelah Senin (12/3) sebelumnya, BRI menerima laporan puluhan nasabah di Kediri menjadi korban kasus skimming ATM BRI.

Lukas pada awalnya mengeluhkan kerugian Rp39,5 juta yang raib di BRI lewat grup media sosial ICB. Peristiwa ini langsung viral di media sosial.

Warganet lokal di Blitar tampaknya belum tahu duduk perkara sesungguhnya kasus Lukas ini. Ternyata, BRI mengecek, insiden tersebut hanyalah miskomunikasi antara Lukas dan istrinya.

Setelah hasil investigasi ini menemukan titik terang, masalah pun selesai antara BRI dan Lukas. Berdasarkan penelusuran kami sendiri, peran bot memang kecil dalam memviralkan kasus Lukas.

Kronologis

Pada 12 Maret 2018, dua hari sebelum kasus Lukas dimuat media online nasional, topik bahasan BRI belum menunjukkan tanda-tanda viral mengenai kasus Lukas. Dalam mesin olah data kami, hashtag yang banyak diperbincangkan warganet mengenai BRI waktu itu berupa, #bank, #sumedang, #cianjurselatan, dan beberapa hashtag yang tidak terkait dengan kasus Lukas.

Begitu pula pada 13 Maret 2018, belum ada data warganet yang menunjukkan sikap terhadap kasus Lukas. Mulailah pada 14 Maret 2018 muncul hashtag terkait kasus Lukas. Hashtag #TKI #SaveTKI mulai bermunculan dan memperluas kasus Lukas di Twitter.

Akun @infoburuh di Twitter menjadi influencer yang paling getol menyuarakan kasus Lukas. Selain menggemborkan hashtag #TKI, hashtag #buruh pun dipakai @infoburuh.

Tak pelak, reaksi warganet pun bak gayung bersambut memviralkan kasus Lukas yang uang tabungannya selama dua tahun sebagai TKI raib dari BRI. Kasus Lukas ini pun sampai membuat BRI pusat turun tangan memberi klarifikasi. Padahal, kasusnya terjadi di Blitar, Jawa Timur.

    Share
    ×
    tekid
    back to top