sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id telkomsel
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id poco

Cambridge Analytica dan ketelanjangan kita di internet

Dari Cambridge Analytica sampai #deletefacebook, bagaimana sebenarnya duduk perkara kasus ini?

Cambridge Analytica dan ketelanjangan kita di internet
Ilustrasi (Sumber: Shutterstock)

Cambridge Analytica & awal mula kebocoran 50 juta data pengguna Facebook

Pada 2014, Cambridge Analytica, sebuah perusahaan yang melakukan profiling pemilih dalam pemilu, mempersiapkan diri untuk ikut serta dalam pemilihan presiden di Amerika Serikat.

Mereka mendapatkan dana USD15 juta (Rp236 triliun) dari Robert Mercer, anggota Partai Republik dan sukses menarik hati Stephen K. Bannon, Ketua Umum tim sukses Donald Trump. Cambridge Analytica berjanji mereka akan membuat alat yang bisa mengidentifikasi kepribadian para pemilih dan memengaruhi perilaku mereka.

Waktu itu, Cambridge tidak memiliki data untuk membuat produk tersebut. Karena itulah, mereka mengumpulkan data pribadi 50 juta pengguna Facebook secara ilegal. Setidaknya begitulah yang dikatakan olah mantan pegawai dan rekan Cambridge. Tuduhan ini juga diperkuat oleh dokumen perusahaan yang bocor.

Laporan New York Times (17/3), menyebutkan bahwa kasus ini adalah "kebocoran data" paling besar yang pernah terjadi dalam sejarah Facebook. Hal ini memungkinkan tim kampanye Trump untuk mengeksploitasi sifat para pemilih.

Untuk mendapatkan data dari puluhan juta warga AS, Cambridge membayar Aleksandr Kogan, seorang peneliti yang membuat aplikasi yang dia samarkan sebagai kuis. Inilah alat Cambridge untuk mengumpulkan identitas pengguna. Menurut pihak Facebook, Kogan berkilah dengan mengklaim dia melakukan ini untuk tujuan akademis.

Kogan mengumpulkan data pengguna Facebook dengan membuat aplikasi "thisisyourdigitallife" yang disamarkan sebagai aplikasi yang digunakan oleh para psikolog. Padahal, aplikasi itu digunakan untuk menyebarkan propaganda politik yang disesuaikan dengan kepribadian warga AS.

Kuis yang sekilas terlihat biasa saja ini membantu Cambridge untuk mengumpulkan hampir 5.000 poin data. Kata CEO Cambridge Analytica, Alexander Nix pada ZDNet (20/3), data ini berisi kunci untuk mengetahui profil pengguna dan membuat pesan untuk disampaikan ke orang yang tepat.

Ada ratusan ribu orang yang mengikuti tes ini. Namun, aplikasi itu tidak hanya mengambil informasi pribadi orang yang mengambil tes, tapi juga informasi pribadi dari teman-teman mereka.

Data dari puluhan juta orang ini, kata Nix, kemudian mereka gunakan untuk menciptakan iklan yang telah dimodifikasi, sesuai dengan kepribadian para pemilih yang menjadi target. Misalnya, untuk orang-orang yang religius, maka mereka akan memunculkan pesan propaganda berbau agama. Bumbunya pun bisa berbau ekonomi dan masalah hak kepemilikan atas senjata api.

Menurut dokumen yang bocor, data yang Cambridge kumpulkan dari pengguna Facebook meliputi identitas, jaringan teman dan juga post yang mendapatkan “like” dari pengguna.

Sebenarnya, Kogan mendapatkan informasi pengguna Facebook secara sah. Hanya saja, menurut regulasi Facebook, pengumpulan data teman pengguna hanya boleh digunakan untuk meningkatkan pengalaman penggunaan dan tidak boleh dijual atau digunakan untuk iklan, lapor The Guardian.

Munculnya skandal tentang pengumpulan data tanpa izin memunculkan kekhawatiran tentang privasi data pengguna Facebook dan juga peran jejaring sosial terbesar tersebut dalam pemilu AS pada 2016.

Shadow profiling

Ketika membuka Facebook, Anda mungkin mendapati wajah-wajah yang Anda kenali, dan ternyata mereka belum berteman dengan Anda di Facebook. Bagaimana Facebook mampu memprediksi siapa saja yang kira-kira memiliki jaringan relasi dengan Anda?

Ternyata selain data profil yang Anda berikan, saat membuat akun Facebook pertama kali, Facebook menggali data Anda lebih jauh lagi. Mereka mendapatkannya lewat kotak masuk di dalam e-mail atapun di layanan perpesanan mereka seperti kotak chatting, FB Messenger, dan lainnya. Facebook juga berhak mencocokkan data profil Anda dengan data lain yang berasal dari pengguna Facebook lainnya. Misalnya, teman Anda menyebut nama Anda di akun Facebook miliknya. Data ini Facebook simpan sebagai alat untuk mengidentifikasi jejaring pertemanan Anda.

Ada hal yang lebih canggih lagi. Katakanlah Anda tidak pernah memberikan nomor pribadi Anda ke Facebook. Akan tetapi, ketika teman Anda memberikan nomor kontaknya ke Facebook dan membiarkan Facebook untuk memindainya. Bisa jadi, nomor ponsel Anda yang tertera di dalamnya ikut terbaca. Ini menjadi senjata Facebook untuk menemukan rekomendasi teman yang Anda kenali di platform mereka.

Dalam laman Terms of Service Facebook, mereka terbuka perihal pengumpulan data pribadi ini. Praktik-praktik ini sebenarnya sudah mereka lakukan bertahun-tahun. Akan tetapi, kita seringkali abai dengan hal ini. Kita lebih sering mencentang kotak “I Agree” ketika pertama kali registrasi akun. Siapa juga yang mau buang-buang umur membaca Terms of Service yang sangat panjang dan susah dimengerti awam?

Jaringan shadow profile ini ada dalam kotak hitam (black box) algoritma Facebook. Pengguna biasa tidak akan tahu seberapa dalam Facebook menggali data pribadi mereka. Ajaibnya, dengan memanfaatkan data-data tersebut, Facebook mampu memetakan profil seseorang semirip mungkin dengan profil mereka di dunia nyata. Fitur rekomendasi pertemanan di Facebook hanya salah satu keajaiban dari hasil olah data ini.

Iklan tertarget
Bagi pemasar digital, khususnya sosial media specialist, data pribadi yang Facebook miliki lumrah mereka manfaatkan untuk menjalankan iklan tertarget. Ini sangat bermanfaat untuk mengiklankan konten mereka ke orang yang tepat.

Pernahkah Anda bertanya, mengapa jika Anda mencari tiket murah ke Bali di Google, Facebook akan menampilkan iklan Traveloka atau teman-temannya?

Pemasar digital tinggal mengisi kolom-kolom yang telah Facebook sediakan untuk menggapai orang-orang yang memiliki ketertarikan khusus.

Look alike
Menggunakan kekuatan datanya, Facebook juga mampu memberikan opsi Look alike bagi pengiklan. Fitur ini memberikan kemampuan bagi sebuah iklan untuk menemukan target yang sama.

Contohnya, laman Facebook DJ Coffee Corner memiliki sekitar 600 pengikut. Dengan memanfaatkan fitur look alike, laman Facebook tersebut memiliki 1,3 juta potensi pengikut baru yang serupa dengan 600 pengikut awal.

Bagaimana CA memanfaatkan 50 juta data untuk membantu Trump

Tim kampanye Trump membayar Cambridge Analytica untuk mengumpulkan data selama pemilu 2016. Steve Banon, yang pada akhirnya diangkat menjadi Chief Strategist dalam tim sukses Trump, kabarnya menjadi bagian dari dewan Cambridge Analytica.

CNET melaporkan, Cambridge Analytica membantu tim sukses Trump untuk mengidentifikasi para pemilih untuk menentukan iklan atau pesan propanda politik, seperti yang seharusnya ditampilkan pada mereka.

Selain itu, Cambridge juga memberikan saran tentang cara terbaik untuk menarik hati para pemilih. Data yang mereka kumpulkan juga membantu tim Trump dalam menentukan cara berkomunikasi, seperti apa yang harus dikatakan dalam pidato.

Seberapa sukses Cambridge Analytica? Menurut Lead Data Scientist Cambridge Analytica, David Wilkinson, Cambridge memberikan saran pada tim kampanye Trump untuk memfokuskan waktu dan sumber daya mereka pada pemilih di kawasan rural, khususnya Florida, Pennsylvania dan Michigan.

Bagaimana reaksi Facebook

Minggu lalu, Facebook menangguhkan akun-akun milik Strategic Communication Laboratories -- perusahaan induk Cambridge Analytics. Dalam blog post, Facebook menjelaskan bahwa alasan mereka melakukan ini karena Cambridge Analytica mendapatkan data para penggunanya dengan cara yang melanggar peraturan Facebook, lapor Recode.

Seperti yang Financial Times laporkan, Facebook siap untuk membawa masalah ini ke pengadilan jika mereka menemukan bukti pelanggaran hukum.

Banyak media, termasuk New York Times, yang menyebutkan hal ini sebagai data breach atau kebocoran data. Namun, para eksekutif Facebook menolak untuk mengklasifikasi kejadian ini sebagai kebocoran data, mengingat sistem mereka tidak diretas.

CEO Facebook Mark Zuckerberg mengaku bahwa jejaring sosial buatannya telah membuat kesalahan yang membuat data jutaan pengguna dieksploitasi oleh konsultan politik. Dalam wawancara dengan CNN, dia meminta maaf dan berjanji akan mengambil tindakan melawan "aplikasi jahat".

Mark menambahkan, dia akan senang hati memberikan testimoni di hadapan Kongres "apabila itu adalah hal yang benar untuk dilakukan." Dalam pernyataan yang dia unggah ke Facebook, dia berjanji bahwa mereka akan mempersulit aplikasi-aplikasi untuk "memanen" informasi pengguna di Facebook.

"Kami memiliki tanggung jawab untuk melindungi data Anda dan jika kami tidak bisa melakukan itu, kami tidak pantas melayani Anda," kata Zuckerberg.

Lebih lanjut, Zuckerberg mengatakan, Facebook akan melakukan beberapa hal untuk mengatasi masalah yang ada di media sosial tersebut. Salah satunya dengan menyelidiki aplikasi-aplikasi di Facebook yang memiliki akses ke informasi pengguna dalam jumlah banyak.

Selain itu, Facebook juga berjanji akan melakukan "audit penuh" pada aplikasi yang mencurigakan. Jika developer aplikasi tidak ingin diaudit, Facebook akan memblokirnya. Facebook juga akan memblokir pengembang yang menyalahgunakan informasi yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi pengguna.

Di masa depan, Facebook akan membatasi akses developer pada informasi pengguna Facebook dengan tujuan untuk meminimalisir kemungkinan informasi pengguna disalahgunakan. Developer akan kehilangan akses ke akun Facebook pengguna jika aplikasinya tidak digunakan selama tiga bulan.

Nantinya, developer hanya akan mendapatkan nama, foto profil dan alamat e-mail. Jika developer ingin mendapatkan informasi pribadi pengguna, mereka harus menandatangani kontrak.

#deletefacebook masuk akal atau naif?

Skandal Cambrdige Analytica mendorong munculnya tagar #deletefacebook. Salah satu pendiri WhatsApp -- yang dibeli oleh Facebook pada 2014 -- menyerukan hal yang sama melalui Twitter.

Menurut laporan The Guardian, ratusan orang mengaku kecewa karena terjadinya skandal Cambridge, tapi mereka tidak kaget. Tidak sedikit juga orang yang ragu untuk menghapus akun Facebook mereka.

Namun, apakah menghapus akun Facebook memang semudah itu? Dan yang paling penting, apa menghapus akun Facebook akan memastikan data Anda menjadi aman?

Alex (38), yang mengaku sebagai salah satu pengguna Facebook pertama -- ketika jejaring sosial ini hanya digunakan untuk mahasiswa MIT dan Harvard -- merasa bahwa Facebook masih akan menyimpan data Anda, bahkan setelah Anda menghapus akun.

"Masalah privasi data sangat kompleks dan edukasi pada pengguna adalah satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah ini," katanya. Dia menyebutkan, menghapus akun Facebook tidak akan menyelesaikan masalah. "Anda bisa saja menghapus akun Anda, tapi mereka masih akan memiliki data Anda, mereka hanya memastikan Anda tidak bisa mengaksesnya.”

"Lebih baik Anda tetap dapat mengakses akun Anda, tapi berhenti menggunakannya. Atau lebih berhati-hati tentang apa yang Anda unggah atau 'Like'."

Bagaimana dengan kami dan Anda?

Anda mungkin membaca berita ini sesudah kami menyebarkannya di Facebook. Dengan kata lain, bagi kami, #deletefacebook adalah omong kosong. Dan omong kosong terbesar adalah jika ada yang separuh meramalkan Facebook akan bernasib sama dengan Friendster?

Pertama, Facebook bukan satu-satunya perusahaan yang memegang data pribadi kita. Ada Google yang bahkan tahu rumah Anda, sejarah tempat-tempat yang pernah Anda kunjungi, dan ribuan informasi rinci lainnya, termasuk jalur Anda berangkat dan pulang kerja. Twitter? Sebelas dua belas.

Kedua, selain sebagai alat politik untuk meraup dukungan suara, Facebook --tak bisa dibantah-- adalah salah satu instrumen pemasaran paling efektif saat ini. Enggak percaya? Tanya saja tukang jualan online, atau perusahaan dari skala mikro, kecil, menengah, dan besar. Semuanya juga menggunakan profiling yang dimiliki Facebook. Bedanya, mereka tak mengirimi Anda isu SARA.

Ketiga, berapa banyak layanan yang Anda pakai menggunakan Facebook Login?

Walau demikian, bukan berarti kita hanya pasrah dan berpangku tangan. Lazimnya di Amerika Serikat dan Eropa, pemerintah harus membikin aturan perlindungan data pribadi warga negaranya. Memang, enggak pernah ada aturan yang 100 persen sempurna. Tapi, kondisi terburuk adalah jika suatu negara enggak punya aturan sama sekali.

Di luar itu, kendali ada di tangan Anda. Facebook tak mengharuskan kita menulis status setiap saat atau mengisi semua kolom informasi di layanan mereka: apakah itu buku favorit, film favorit, status hubungan, dan lain-lain. Anda harus sadar, saat Anda memasukkan semua informasi pribadi itu ke Facebook, detik itu juga Anda menyerahkan data berharga bagi pengiklan, baik dari perusahaan maupun politikus.

Semua pemasar, termasuk semua media digital di Indonesia juga memanfaatkan profiling Facebook. Kami, misalnya, bisa mengirim berita Xiaomi hanya kepada pengguna Xiaomi atau mengirim berita ZenFone hanya untuk penggemar ZenFone. Dalam kasus lain, adalah praktik lazim jika ada media yang rajin mengirimi berita Prabowo hanya kepada mereka yang Likes Fan Page Joko Widodo.

Selamat datang di era ketelanjangan informasi!

Share
×
tekid
back to top