sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id poco
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id telkomsel
Jumat, 06 Okt 2017 17:17 WIB

Bisnis e-commerce Indonesia ternyata terhambat 4 hal ini

Masih ada empat ganjalan serius untuk mengembangkan e-commerce.

Bisnis e-commerce Indonesia ternyata terhambat 4 hal ini

Berdasarkan data danareksa, selama periode 2013-2016 pasar e-commerce Indonesia tumbuh dari Rp108 triliun menjadi Rp270 triliun.

Dengan kata lain, Indonesia bisa jadi pasar e-commerce utama Asia Tenggara di masa depan. Proyeksi pemerintah Indonesia untuk pasar e-commerce di 2020, akan tumbuh sebesar USD130 miliar atau setara Rp1.756 triliun.

Sayangnya, saat ini, industri e-commerce di Indonesia masih dinilai belum matang. Ada empat hal yang menghambat pertumbuhannya. Pertama penetrasi kartu kredit yang rendah. Kedua, konsumen Indonesia masih takut dan ragu berbelanja online. Ketiga, tingginya ongkos logistik di Indonesia. Keempat, terbatasnya investor lokal untuk mendanai startup e-commerce lokal.

Untuk mengatasinya, pemerintah sudah membuat peta jalan (Road Map) bagi industri e-commerce dalam kurun waktu 2017-2019. Road map ini menjadi salah satu tonggak penting bagi kemajuan industri e-commerce di Indonesia. 

Salah satu programnya adalah mendorong akses ke fasilitas Kredit Usaha Rakyat bagi pengusaha e-commerce kecil dan menengah di Indonesia.

Pemerintah juga telah menyediakan dukungan inkubasi bagi perusahaan startup lokal, serta menata infrastuktur telekomunikasi untuk membangun jaringan yang ekstensif berdasarkan internet yang lebih kencang.

Program lain yang diprediksi mampu menarik minat investor asing bermain di industri e-commerce Indonesia adalah program perpajakan. Bila keadilan pajak bagi pemain asing dan lokal tercapai, maka investor akan memandang Indonesia lebih stabil dari segi regulasi.

Isu-isu penting

Perlindungan konsumen juga menjadi isu penting dalam membangun industri e-commerce. Dengan membangun kepercayaan pelanggan, pemerintah akan menciptakan kerangka kerja yang komprehensif dalam hubungannya dengan bisnis e-commerce. Di sini, pemerintah masih punya banyak PR. Mulai dari menyediakan prosedur pembayaran eletronik, proses akreditasi, metode pembayaran, sampai kebijakan perlindungan konsumen yang jelas.

Kebutuhan logistik  yang memadai seiring berkembangnya industri e-commerce di Indonesia juga sebuah isu menarik. Pemerintah berharap lebih banyak lagi jumlah provider logistik agar barang cepat sampai ke tangan konsumen. Kebutuhan logistik ini pun memaksa pemerintah untuk membuka bisnis logistik hingga 49% boleh dipegang asing.

Keamanan siber menjadi isu terakhir yang tidak boleh luput dari perkembangan industri e-commerce Indonesia. Januari 2018, pemerintah diharapkan sudah siap mengembangkan sistem pengawasan pembayaran eletronik nasional bagi e-commerce. Ini perlu untuk memonitor transaksi e-commerce di Indonesia dalam satu sistem pembayaran elektronik yang terintegrasi.

Posisi fintech di Indonesia

Transaksi dalam financial technology (Fintech) juga memiliki potensi yang sangat besar di Indonesia. Transaksi fintech mencapai angka kurang lebih USD14.5 miliar atau sekitar Rp195,5 triliun di awal 2017 ini. Pertumbuhannya sangat cepat dan mampu menggerakkan marketplace online Indonesia ke kancah global.

Perilaku konsumen Indonesia juga sudah banyak berubah. Konsumen cepat beralih dari belanja offline ke online. Pertumbuhan fintech, seperti Dompetku dan Kartuku juga membantu e-commerce cepat tumbuh.

Memang, pada 2017, transaksi online baru menyentuh angka 0,8% dari total jumlah seluruh transaksi di Indonesia. Kontribusi utama transaksi online masih berasal dari industri hospitality, terutama travel bookings (penerbangan dan penginapan). Di masa depan, penetrasi transaksi online ini diduga akan lekas mendekati 10%.

 
Share
×
tekid
back to top