Terinspirasi dari elang, drone ini bisa hinggap di pohon
Para peneliti Stanford mulai merancang sepasang kaki seperti burung yang dapat memberikan drone keserbagunaan yang sama.
Source: William Roderick via New Atlas
Alam adalah sumber inspirasi yang tidak ada habisnya untuk desain robot, jadi tentu saja robot terbang akan banyak terinspirasi dari burung. Insinyur di Stanford kini telah mengembangkan cakar robot yang terinspirasi dari cakar elang yang memungkinkan drone hinggap di berbagai permukaan, serta meraih atau menangkap objek.
Burung memberikan banyak ide kepada desainer drone. Menambahkan bulu, sayap yang berubah atau tubuh yang ramping dapat membuat drone menjadi lebih efisien – tetapi bagaimana dengan pendaratan?
Kebanyakan drone multirotor membutuhkan lancaran pendaratan yang rata, dan tidak dapat menggunakan permukaan yang berbeda. Di sisi lain, burung dapat menukik dan hinggap di berbagai permukaan dan bentuk tanpa memikirkannya.
Untuk studi terbarunya, para peneliti Stanford mulai merancang sepasang kaki seperti burung yang dapat memberikan drone keserbagunaan yang sama. Mereka menamai sistem itu Stereotyped Nature-inspired Aerial Grasper (SNAG), dan sistem ini secara khusus didasarkan pada kaki dan cakar elang peregrine.
- POCO Resmi Luncurkan Tablet Pad M1 dan Pad X1, Performa Ekstrem untuk Gaming dan Produktivitas
- Meta Luncurkan Oakley Meta Vanguard, Kacamata Pintar untuk Atlet dengan Fitur AI
- TECNO SPARK 40 Pro Series resmi meluncur, harga terjangkau fitur gak main-main
- nubia After Hours Talk: Inovasi dan Masa Depan Gaming Indonesia
Dilansir dari New Atlas (2/12), SNAG memiliki motor yang bertindak seperti otot, dan kabel yang bertindak seperti tendon. Kakinya menyerap guncangan pendaratan, dan menyebabkan cakar menutup di sekitar tempat bertengger dalam waktu 20 milidetik. Pergelangan kaki kemudian terkunci, dan akselerometer mencatat bahwa robot telah berhenti. Algoritma penyeimbang kemudian menstabilkan robot sehingga tidak jungkir balik langsung dari bagian depan tempat bertengger.
Para peneliti mengatakan sistem ini memungkinkan robot terbang untuk beristirahat di permukaan dalam berbagai kondisi. Pengujian di hutan menunjukkan SNAG dapat mendarat dan berpegangan pada cabang dengan ketebalan, tekstur, gundukan, dan cabang yang berbeda, baik kering maupun licin karena air. Dalam tes lain, tim menunjukkan cakar responsif ini dapat menangkap benda yang dilemparkan padanya, seperti kantong kacang dan bola tenis.
Tim peneliti tersebut mengatakan sistem SNAG dapat membantu drone untuk beristirahat dan mungkin mengisi ulang di antara penerbangan, untuk memperluas jangkauannya. Atau mereka dapat digunakan untuk membawa kargo, mengambil dan meletakkan benda tanpa perlu berhenti.









