sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id poco
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id telkomsel
Sabtu, 08 Mei 2021 11:31 WIB

Baterai organik bebas logam bisa didaur ulang lebih mudah

Ilmuwan dari Texas A&M University menggunakan rantai asam amino yang aktif secara elektrokimia, disebut sebagai polipeptida aktif redoks, untuk membangun dua elektroda baterai.

Baterai organik bebas logam bisa didaur ulang lebih mudah
Photo by Hilary Halliwell from Pexels

Salah satu solusi masalah energi terbarukan saat ini adalah menggunakan baterai lithium sarat logam. Namun ini membawa masalah keberlanjutan sendiri. Para ilmuwan sedang menyelidiki kimia alternatif yang lebih ramah lingkungan. Tim di Texas A&M University baru saja mendemonstrasikan baterai bebas logam yang dapat ditempatkan dalam larutan asam untuk diuraikan.

Meningkatnya permintaan perangkat elektronik dan kendaraan listrik berarti meningkat pula permintaan baterai lithium-ion, yang mengandalkan logam berat yang sulit didapat. Kobalt misalnya, yang mellibatkan etika seputar praktik pertambangan pekerja anak di Afrika, serta degradasi lingkungan dan pencemaran pasokan air. Selain itu, sulit untuk memisahkan dan memulihkan bahan-bahan ini di akhir masa pakai baterai.

Dilansir dari New Atlas (8/5), masalah ini telah mendorong para peneliti untuk menyelidiki arsitektur baterai bebas logam, dengan baterai purwarupa air asin yang dikembangkan oleh IBM sebagai salah satunya. Lutkenhaus, salah satu ilmuwan dari Texas A&M University malah menggunakan rantai asam amino yang aktif secara elektrokimia, disebut sebagai polipeptida aktif redoks, untuk membangun dua elektroda baterai.

Dalam pengujian, baterai organik tersebut menandai beberapa pedoman penting. Pertama dan terpenting, elektroda ini menjalankan perannya sebagai bahan aktif selama operasi, tetap stabil selama digunakan. Dan setelah itu, komponen tersebut dapat didegradasi dengan menempatkannya pada kondisi asam, yang meninggalkan asam amino dan produk degradasi tidak berbahaya lainnya untuk digunakan kembali atau dibiarkan larut tanpa berbahaya di lingkungan.

Meskipun ini baru awal-awal penelitian, para ilmuwan melihatnya sebagai langkah pertama yang menjanjikan dalam pengembangan baterai berkelanjutan. Kini mereka ingin meningkatkan desain lebih lanjut dengan bantuan machine learning.

Share
×
tekid
back to top