sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id poco
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id samsung
  • partner tek.id telkomsel
Sabtu, 09 Mei 2020 08:52 WIB

Review Becoming, sederhana tapi sangat menginspirasi kaum minoritas

Michelle Obama melakukan tur di 34 kota dalam perilisan memoarnya berjudul Becoming, dan Nadia Hallgren bekesempatan mendokumentasikannya.

Review Becoming, sederhana tapi sangat menginspirasi kaum minoritas
Source: Netflix

Michelle Obama merupakan Ibu Negara Amerika Serikat pertama berdarah Afrika-Amerika. Tidak hanya menjadi istri dari seorang Presiden Barack Obama, Michelle juga seorang pengacara dan penulis. Pada 2018 lalu, memoarnya berjudul Becoming menceritakan kehidupannya setelah keluar dari Gedung Putih. Melalui tur di 34 kota dalam perilisan buku tersebut, Michelle dapat melihat dunia lebih luas dengan sudut pandang lain. Pengalamannya dalam melihat dunia lewat cara ini didokumentasikan dengan baik melalui film dokumenter yang disutradarai oleh Nadia Hallgren dengan judul yang sama.

 

Michelle bercengkrama dengan para penggemar

 

Dokumenter Becoming dikemas dengan cuplikan perjalanan Michelle selama melakukan tur peluncuran bukunya. Penonton juga akan merasa seperti dibacakan buku, karena beberapa narasi diambil dari buku tersebut. Mengawali tur pertamanya, Michelle dibalut pakaian serba putih ditemani oleh sang Ibu, Marian Shields Robinson. Antusiasme penggemar Michelle dan The Obama’s juga ditampilkan dalam dokumenter ini.

Tur dibuka dengan cerita hari terakhir Michelle di Gedung Putih. Menurutnya, hari itu adalah momen di mana akhirnya dia dapat menerima kebebasan dan melepaskan segala tuntutan kesempurnaan.

“Itu hari yang paling emosional. Lalu kami naik Air Force One, dan ketika aku naik pesawat, sepertinya aku terisak selama 30 menit. Kukira itu pelepasan delapan tahun untuk mencoba melakukan semuanya dengan sempurna,” kata Michelle kepada Oprah yang saat itu menjadi moderator, “Menjadi Ibu Negara merupakan kehormatan terbesar dalam hidupku. Namun, berapa banyak orang di posisi itu saat seluruh perhatian tertuju pada mu, setiap gestur, setiap kedipan matamu, dianalisis. Dunia menyaksikan setiap gerak-gerikmu.”

Nadia juga menyelipkan kondisi di balik panggung di mana Melissa Winter – Kepala Staf Michelle yang telah bekerja dengannya selama 12 tahun – merindukan keluarganya selama tur, atau Allen, agen pribadi Michelle yang telah ia anggap seperti kakaknya sendiri.

Selama melakukan tur, Michelle selalu menegaskan masalah rasisme yang telah terjadi di negaranya tersebut. Bagaimana dirinya dulu ditolak oleh masyarakat dan ditargetkan dengan berita palsu dari media-media. Namun, Michelle sadar sebagian masyarakat Amerika mendambakan sebuah perubahan. Perubahan yang dapat menghapus jenjang sosial yang menjembatani antara ras putih dengan ras hitam atau orang miskin dengan orang kaya.

Khususnya kepada anak muda, Michelle ingin tur nya ini dapat meningkatkan jati diri masing-masing orang tanpa harus malu dan merasa tak dianggap. Selain melakukan tur di atas panggung, Michelle juga turun langsung melakukan pertemuan komunitas dengan para anak muda yang sudah terpilih. Dirinya menjadi inspirasi bagi mereka yang terdiskriminasi di sekolah atau kampusnya.

 

Michelle Obama saat melakukan pertemuan komunitas dengan anak muda

 

“Aku turun dari puncak untuk memberi tahu setiap anak muda yang miskin dan pekerja lepas dan yang dibilang terlepas dari warna kulitmu bahwa kau tak pantas, jangan dengarkan mereka. Mereka bahkan tak tahu cara mendapatkan kursi itu,” kata Michelle.

Ketika menonton dokumenter ini, Saya pikir tidak akan ada Barack Obama di dalam frame. Namun, akhirnya Presiden Amerika Serikat ke-44 itu muncul di menit 35. Saat itu dirinya membuat kejutan lewat kehadirannya di salah satu tur Michelle. Bertemu pertama kali sebagai mentor, Michelle menggambarkan Obama sebagai orang yang sangat kuat dengan pendiriannya sehingga dirinya perlu menurunkan sedikit ego serta persepsinya untuk bisa bersatu dengan suaminya.

 

Michelle dan Barack Obama di atas panggung tur

Konsep dokumenter ini begitu sederhana. Subtopik disampaikan melalui pertanyaan moderator di atas panggung selama tur, lalu dilanjut dengan narasi dan cuplikan-cuplikan lainnya seperti di belakang panggung, di rumah keluarga Michelle, atau melalui foto pendukung.

Di akhir dokumenter Michelle mengatakan, “Ingin terus bekerja dengan anak muda. Masa depan bangsa kita ada di tangan generasi berikutnya. Aku tahu itu tak terjadi begitu saja. Anak muda membutuhkan dukungan kita.”

Meskipun tidak sedalam dokumenter-dokumenter biografi lainnya yang menceritakan kisah hidup seseorang, namun Becoming akan lebih dari cukup untuk memberikan inspirasi kepada anak muda dan wanita agar selalu berani untuk menjadi rentan, berani menunjukkan identitas dirinya, dan menjadi pantas atas segala sesuatu yang pantas diterima tanpa melihat latar belakang ras, etnik, dan segala keterbatasan.

“Jadi jika ingin hidup rukun, kita harus bersedia mengatakan siapa kita. Aku mantan ibu negara dan juga keturunan budak. Penting untuk menjaga kebenaran itu,” kata Michelle.

Share
×
tekid
back to top