sun
moon
Premium Partner :
  • partner tek.id realme
  • partner tek.id telkomsel
  • partner tek.id poco
  • partner tek.id acer
  • partner tek.id samsung
Minggu, 17 Mar 2019 22:53 WIB

Netflix bikin film dokumentasi olahraga yang tidak biasa, Losers

Ketika narasi dokumenter olahraga bercerita soal para pemenang, Netflix malah mendokumentasikan tujuh bintang olahraga yang payah. Bagaimana bisa kisah pecundang ini begitu menarik?

Netflix  bikin film dokumentasi olahraga yang tidak biasa, Losers

Di daftar tontonan populer Netflix, ada sebuah judul yng menggugah kami untuk menontonnya. Judul fim itu adalah Losers. Ternyata ini merupakan karya film dokumentasi, berupa tujuh seri dokumenter. Kisah pertama menceritakan soal Michael Bentt, mantan juara tinju kelas berat yang karirnya hancur karena KO dari lawannya saat mempertahankan gelar. Tulang tengkoraknya retak, dokter memvonisnya, kalau kepalanya terluka sekali lagi, maka ia akan lumpuh total.

Michael Bentt, lahir dari keluarga yang begitu menginginkannya menjadi seorang petinju. Menyaksikan orang-orang saling bertarung dalam ring untuk memperebutkan kemenangan, telah menjadi tontonan wajib bagi keluarganya. Bukan hanya itu, sedari kecil Bentt juga telah dipaksa berlatih untuk menjadi petinju amatiran oleh sang Ayah.

Ayah Bentt memang sangat menginginkan sang anak menjadi penerus dari Muhammad Ali. Sang ayah amat begitu mengidolakan sang Muhammad Ali dan ingin merasakan kehidupan sebagai seorang petinju melalui anaknya. Sayangnya, ayahnya benar-benar memaksa Bentt untuk berlatih setiap harinya, tanpa pernah menanyakan keinginan Bentt mau jadi apa sebenarnya.

Sampai suatu saat, Bentt memberanikan diri untuk berbicara kepada ayahnya. Saat itu, Bentt menyampaikan bahwa dirinya tidak ingin lagi berlatih tinju dan menjadi petinju. Namun tidak terduga, sang ayah malah memukul Bentt dengan antena televisi. Tentunya hal tersebut sangat diingat oleh Bentt dan membuat dirinya semakin tidak ingin menjadi petinju.

Pada awal karirnya sebagai petinju amatiran, Bentt berkarir cukup gemilang. Mengingat dia selalu bisa membuat K.O lawannya dalam setiap pertandingan. Bahkan Bentt telah memenangkan medali perunggu di Kejuaraan Dunia tahun 1986 dan Pan American Games tahun 1987.

Dengan sudah sering merasakan kemenangan, akhirnya Bentt memutuskan untuk bertarung dalam lingkup profesional. Meski seringkali merasakan kemenangan dalam pertandingan amatir. Kini Bentt merasakan K.O dalam ronde pertama di pertandingan tinju kelas profesional. Lawan pertamanya di kelas berat ring profesional adalah, Mike Tyson. Saat itu Tyson juga baru melakukan debut pertama kali di ring pro.

Tentu saja momen tersebut membuatnya sangat terpuruk, hingga harus kembali lagi ke rumah sang ayah. Merasakan kekalahan pertama kalinya, membuatnya depresi berat dan mencoba bunuh diri. Kendati begitu ia tidak mau melakukannya.

Akhirnya ia menelepon Evander Holyfield untuk memotivasinya kembali ke ring tinju pro. Holyfield adalah rekannya dulu di tinju amatir, dan karir profesional Holyfield lebih moncer daripada dia. Holyfield pun menawarkannya latih tanding. Pelatih Holyfield kala itu melihat bakat Bentt yang potensial. Ini membuatnya termotivasi.

Setelah menemukan manager baru, Bentt akhirnya menemukan pertandingan yang memberikannya kesempatan kedua di ring tinju profesional. Pada tahun 1993, Bentt berkesempatan bertanding dalam kelas berat WBO. Tommy Morrison yang sering dijuluki sebagai Muhammad Ali versi kulit putih ini menjadi lawan tarung pertama Bentt.

Dalam pertandingan tersebut, Bentt berhasil mengalahkan lawannya dan menjadi pemenang. Tentunya, hal ini menjadi pembuktian pada dirinya sendiri bahwa dia bisa bangkit dari keterpurukan. Ditambah lagi, kemenangan tersebut dia berikan untuk para orang-orang yang selalu mengejeknya saat dia dalam masa terpuruk.

Namun kemenangan tersebut hanya bisa sebentar saja. Pertandingan berikutnya Bentt K.O melawan Herbie Hide tahun 1994 silam. Bentt mengalami luka parah yang menyebabkan gangguan pada otak hingga ia koma. Dokter memvonisnya akan lumpuh selamanya kalau kembali bertinju dan membuka luka di tengkorak kepalanya lagi.

Cedera itu justru membebaskannya dari belenggu batin yang selama ini mengikatnya. Ia tidak pernah menginginkan ring tinju ini. Profesi keras ini bukan pilihannya seumur hidup. Cedera ini jadi alasan terkuatnya untuk pensiun dan menggantung  sarung tinjunya.

Setelah itu, Bentt pindah ke L.A untuk melanjutkan hidup dengan apa yang dia sukai yaitu menulis. Bukan hanya itu, Bentt juga sering membantu dalam penggarapan sebuah film. Dia seringkali mengajari tinju untuk para aktor, dan menjadi produser dalam sebuah film. Ia tampil di film Ali (2001) yang dibintangi Will Smith muda. Perannya cukup penting saat itu, sebagai Sonny Liston, salah satu musuh bebuyutan Muhammad Ali di atas ring tinju kelas berat.

Keseluruhan film dokumenter Losers ini dikemas padat namun menarik. Elemen animasi di dalamnya juga mendukung ilustrasi dokumenter. Penonton bisa membayangkan apa yang dialami narasumbernya langsung, juga ddaripenuturan orang terdekat sang atlet. Durasinya pun dikemas kurang dari 30 menit.

Pada episode Bentt saja, kami merasakan menjadi Bentt yang tidak bisa memilih tujuan hidupnya sejak awal. Bagaimana ia terpaksa menjalani hidup yang ia tidak sukai.

Ada enam kisah lain yang terangkum dalam Losers. Ada atlet Ice Skeater asal Perancis yang melawan diskriminasi ras di olahraga yang dicintainya. Ada klub sepakbola berkasta paling bawah di liga sepak bola Inggris. Klub sepak bola ini tidak pernah menjuarai liga terbawah di Liga Inggris. Namun mereka punya kisah fenomenal, bagaimana bisa bertahan di divisi tarkam Liga Inggris, padahal posisi mereka kala itu ada di ujung tanduk.

Dokumenter ini sekaligus memberi inspirasi kepada penonton, bahwa suatu kemenangan atau juara tidak selamanya ukuran kesuksesan. Bahkan dalam dunia olahraga yang terkenal sangat kompetitif, kita harus puas lahir batin untuk memahami arti kebahagian sesungguhnya. Bukan semata-mata mengejar gelar, prestasi,  ataupun popularitas.

Share
×
tekid
back to top