Jaguar Land Rover dan Asahi Mulai Pulihkan Produksi Usai Serangan Siber Masif
Jaguar Land Rover dan Asahi kembali beroperasi setelah serangan siber besar menghentikan produksi, menimbulkan kerugian finansial besar.
Fasilitas Jaguar Land Rover. dok. JLR
Dua perusahaan besar dunia, Jaguar Land Rover (JLR) dan Asahi Group, bersiap memulai kembali operasional mereka setelah sempat lumpuh akibat serangan siber besar-besaran yang menghentikan produksi selama beberapa pekan terakhir.
Serangan ini tidak hanya mengganggu sistem internal, tetapi juga menimbulkan kerugian finansial yang signifikan serta dampak luas pada rantai pasokan.
Bagi Jaguar Land Rover, kabar pemulihan ini menjadi angin segar setelah produksi mereka terhenti lebih dari satu bulan akibat gangguan sistem dan penutupan sejumlah pabrik di Inggris, termasuk di Merseyside dan Solihull.
Ribuan pekerja sempat dirumahkan sementara saat perusahaan berupaya menahan dampak yang lebih besar terhadap operasional.
- AS Kerahkan “Strike Force” untuk Hancurkan Sindikat Penipuan Kripto di Asia Tenggara
- Pabrik Benang Pemasok H&M dan Adidas Dibobol Ransomware, Data Keuangan dan Dokumen Internal Bocor
- Perkuat Keamanan Siber, Trend Micro Bangun Platform Vision One Berbasis AI di Indonesia
- Studi: Banyak Situs Masih Izinkan Password Lemah, Pengguna Ikut Terbiasa Ceroboh
Namun, proses pemulihan tidak akan berjalan mudah. Menurut laporan, kerugian JLR mencapai jutaan poundsterling per minggu karena perusahaan tidak memiliki perlindungan asuransi siber saat serangan terjadi. Ironisnya, negosiasi untuk polis asuransi tersebut sedang berlangsung ketika serangan melanda.
Sebagai langkah dukungan, pemerintah Inggris memberikan pinjaman sebesar 1,5 miliar poundsterling guna menjaga stabilitas operasional dan mendukung lebih dari 30.000 karyawan JLR serta sekitar 200.000 pekerja di rantai pasoknya yang terdampak langsung oleh insiden tersebut.
Di sisi lain, raksasa bir asal Jepang, Asahui Group yang menguasai sekitar 40% pangsa pasar bir nasional, harus menangguhkan operasional dan pengiriman di hingga 30 fasilitas produksinya akibat gangguan sistem menyeluruh yang disebabkan oleh serangan siber.
Kegagalan sistem ini berdampak pada pemrosesan pesanan, pengiriman barang, hingga layanan call center di Jepang. Akibatnya, berbagai bar dan restoran mengalami kelangkaan pasokan bir dari merek-merek lokal Asahi.
Meski begitu, merek global Asahi di Eropa seperti Fuller’s dan Peroni dilaporkan tidak terdampak dan tetap beroperasi normal.
Serangan siber terhadap dua perusahaan besar lintas sektor ini menjadi peringatan serius bagi dunia industri global mengenai pentingnya membangun sistem keamanan siber yang tangguh dan berlapis.
“Serangan terhadap Asahi menunjukkan betapa mahalnya biaya downtime operasional ketika ketahanan siber tidak cukup kuat menghadapi gangguan,” ujar Andy Ward, Senior Vice President International Absolute Security, dikutip dari TechRadar.
Insiden yang menimpa JLR dan Asahi menggambarkan risiko serangan siber kini tak hanya mengancam data perusahaan, tetapi juga berdampak langsung terhadap produktivitas, tenaga kerja, dan rantai pasok global.
Baik JLR maupun Asahi kini berfokus memulihkan sistem dan meningkatkan protokol keamanan siber untuk mencegah insiden serupa di masa mendatang.









